Minggu, 20 Juli 2014

laporan planktonologi



I.  PENDAHULUAN
A.  Latar Belakang
Secara garis besar organisme lautan terbagi atas tiga golongan yaitu bentos, nekton, dan plakton. Bentos adalah organisme yang mendiami dasar perairan. Nekton merupakan organisme yang lebih besar dengan kemampuan renang yang melakukan kegiatan di daerah pelagik. Plankton didefinisikan sebagai organisme hanyut (tidak memiliki kemampuan renang) apapun yang hidup dalam zona pelagik (bagian atas) samudera, laut, dan badan air tawar (Anonim, 2011).
Keberadaan plankton di suatu perairan dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu intensitas cahaya, suhu, dan kecerahan suatu perairan. Intensitas cahaya sangat dibutuhkan terutama bagi fitoplankton untuk melakukan proses fotosintesis karena fitoplankton sebagai tumbuhan mengandung pigmen klorofil yang mampu melaksanakan reaksi fotosintesis di mana air dan karbon dioksida dengan sinar surya dan garam-garam hara dapat menghasilkan senyawa organik seperti karbohidrat. Fitoplankton merupakan sumber mata rantai utama dalam suatu perairan yaitu sebagai produsen primer atau organisme autotrof karena kemampuannya membentuk zat organik dan anorganik. Fitoplankton ini sangat dibutuhkan oleh organisme lain sebagai bahan makanan terutama bagi organisme yang mengawali daur hidupnya sebagai plankton (Nontji, 2005)
Fitoplankton dapat berperan sebagai salah satu dari parameter ekologi yang dapat menggambarkan kondisi suatu perairan. Salah satu ciri khas organisme fitoplankton yaitu merupakan dasar dari mata rantai pakan di perairan (Dawes, 1981). Oleh karena itu, kehadirannya di suatu perairan dapat menggambarkan karakteristik suatu perairan apakah berada dalam keadaan subur atau tidak.
Kelimpahan fitoplankton di suatu perairan dipengaruhi oleh beberapa parameter lingkungan dan karakteristik fisiologisnya. Komposisi dan kelimpahan fitoplankton akan berubah pada berbagai tingkatan sebagai respons terhadap perubahan-perubahan kondisi lingkungan baik fisik, kimia, maupun biologi (Reynolds et al. 1984). Faktor penunjang pertumbuhan fitoplankton sangat kompleks dan saling berinteraksi antara faktor fisika-kimia perairan seperti intensitas cahaya, oksigen terlarut, stratifikasi suhu, dan ketersediaan unsur hara nitrogen dan fosfor, sedangkan aspek biologi adalah adanya aktivitas pemangsaan oleh hewan, mortalitas alami, dan dekomposisi (Goldman dan Horne, 1983).
Selain fitoplankton, zooplankton juga berperan dalam rantai makanan, dimana zooplankton ini merupakan produsen sekunder yang membutuhkan makanan berupa fitoplankton. Keberadaan plankton di suatu perairan akan meningkat sejalan dengan meningkatnya jumlah fitoplankton disuatu perairan, tetapi walaupun jumlah/keberadaan fitoplankton di suatu perairan berkurang atau menurun, tidak akan mempengaruhi jumlah zooplankton. Zooplankton ada yang siklus hidupnya sebagai plankton murni dan ada juga yang sebagian siklus hidupnya sebagai plankton  (Nybakken, 1992)
Suatu perairan dikatakan produktivitas jika dalam perairan tersebut selain intensitas cahaya dapat menembus jauh sampai kekedalaman perairan serta kecerahan perairan tersebut baik, jumlah fitoplankton dan zooplankton juga mempengaruhi produktivitas suatu perairan karena jumlahnya yang melimpah didalam perairan tersebut akan meningkatkan jumlah produksi dari ikan maupun organisme yang membutuhkan jasad renik berupa zooplankton dan fitoplankton di perairan tersebut. Tetapi dibalik fenomenanya ini, plankton dapat berdampak buruk bagi sumberdaya perairan, dengan meningkatnya plankton secara besar-besaran atau terjadi blooming, akan mengganggu organisme perairan, dimana keberadaannya dapat membuat organisme lain yang berada disuatu perairan mati secara missal (Anonim, 2006).
Dari informasi diatas maka dipandang perlu untuk lebih jauh mengenal plankton terutama zooplankton dan fitoplankton serta kelimpahannya dan keanekaragamannya disuatu perairan. Untuk mengetahui lebih jelas maka dilakukanlah praktikum planktonologi ini.
B.  Tujuan dan Kegunaan
Tujuan dari praktikum ini yaitu untuk mengetahui keanekaragaman, keseragaman, kelimpahan, dominansi fitoplankton dan epifit padang lamun di perairan pantai Tanjung Tiram
Kegunaan dari praktikum ini adalah agar praktikan dapat mengetahui keanekaragaman, keseragaman, kelimpahan, dominansi fitoplankton dan epifit padang lamun di perairan pantai Tanjung Tiram





















II.  TINJAUAN PUSTAKA
A.  Plankton
Plankton merupakan kelompok organisme yang hanyut bebas dalam air dan sangat lemah daya renangnya. Istilah plankton adalah suatu istilah umum, kemampuan gerak organisme-organisme planktonik demikian lemah sehingga mereka sama sekali disukai oleh gerakan-gerakan air. Plankton terdiri atas dua golongan yakni fitoplankton yang merupakan tumbuhan renik yang bebas melayang dan hanyut dalam air serta mampu berfotosintesis dan zooplankton yang merupakan hewan air yang berukuran renik, dimana organisme ini dapat ditemukan baik di air tawar maupun air laut (Nybakken, 1992).
Plankton adalah organisme yang hidup melayang atau mengambang di dalam air. Kemampuan geraknya, kalaupun ada, sangat terbatas hingga organisme tersebut selalu terbawa arus. Plankton dapat dibagi menjadi dua golongan utama yaitu fitoplankton dan zooplankton. Fitoplankton (nabati) merupakan tumbuhan yang sangat banyak ditemukan di perairan, tetapi ukurannya mikroskopis sukar dilihat kehadirannya. Kosentrasinya bisa ribuan hingga jutaan sel per liter air laut. Zooplankton seringpula disebut plankton hewani, terdiri dari sangat banyak jenis hewan. Ukurannya lebih besar daripada fitoplankton, bahkan adapula yang mencapai lebih satu meter seperti ubur-ubur (Nontji, 2002).
Berdasarkan daur hidupnya plankton di bagi menjadi dua kelompok yaitu holoplankton dan meroplankton.  Holoplankton yaitu organisme akuatik yang seluruh daur hidupnya bersifat planktonik. Sedangkan meroplankton ialah organisme akuatik yang seluruh daur hidupnya bersifat planktonik (Sachlan, 1972).
Raynold (1990) dalam Kholik (1997) menyatakan bahwa plankton dapat dijumpai baik di perairan tawar, payau dan laut.  Berdasarkan ukurannya, plankton dapat dibedakan menjadi ultra plankton (75 μm), nano plankton (antara 5 – 60 μm), dan net plankto (> 60 μm).
1.  Fitoplankton
Fitoplankton yang paling menyolok dan sering dijumpai paling banyak jumlahnya adalah jenis diatom, tumbuhan ini bersel satu (uniseluler). Di laut biasanya tiap individu atau sel diatom hidup lepas dari sel lainnya misalnya dari jenis Dytylum sp., Coscinodiscus sp., dan Nitzchia sp. Tetapi ada juga diatom yang membentuk rantai sel lain seperti Chatoceros sp., Thalassiosira sp., dan Lauderia sp. Tetapi tiap sel dihubungkan dengan sel lain oleh benang-benang protoplasma atau untaian-untaian lendir, sebagaimana Chaetoceros sp., dimana tiap sel berduri/berambut halus saling berkaitan dengan sel lain, kadang-kadang pula yang disusun oleh sel-sel ini kompleks bentuknya, misalnya Asterionella sp., yang membentuk bintang, sedangkan kelompok spesies lain berbentuk spiral (Raymont  dalam Kholik, 1997).
Fitoplankton sebagai tumbuhan yang mengandung pigmen klorofil mampu melaksanakan reaksi fotosintesis di mana air dan karbon diokasida dengan adanya sinar surya dan garam-garam hara dapat menghasilkan senyawa organik seperti karbohidrat. Karena kemampuan membentuk zat organik dari zat anorganik maka fitoplankton disebut sebagai produsen primer (primary producer). Dalam rantai makanan (food chain), fitoplankton akan dimakan oleh hewan herbivor yang merupakan produsen sekunder (secondary producer) (Nontji, 2002).


2.  Zooplankton
Secara  menyeluruh zooplankton didominasi oleh crustacea baik jumlah individu maupun spesiesnya. Dari golongan crustacea,  cladocera hanya diwakili beberapa jenis genu. Disamping terdapat telur dan larva ikan sebagian besar dari meroplankton, chordata diwakili oleh berbagai Salpa, Doliodid dan Pyrosoma yang kadang-kadang berjumlah besar. Dari appendicularia, spesies-spesies yang termasuk genus Oikopleura dan Fritilaria sangat terkenal dan terdapat disemua perairan bahari  (Raymont  dalam Kholik, 1997).
3.  Epifit
Epifit adalah organisme yang hidup pada suatu tanaman, dengan atau tanpa hubungan nutrisi dengan tumbuhan inang (Harlin, 1980) dalam Joris (1998). Beberapa organisme epifit yang hidup pada lamun adalah alga, hewan-hewan, diatom dan monera.
Thomas et al., (1997) mengatakan bahwa waktu epifit pada lamun semua disumbangkan untuk kegiatan autotrophic (produksi primer). Epifit itu menempel permanen pada rhizome, tunas, dan daun. Penempelan organisme (tumbuhan atau hewan) memberikan manfaat untuk pertumbuhan lamun sedangkan epifauna untuk kegiatan heterotroph. Pada saat epifit hidup dengan kepadatan tinggi akan berdiam pada substrat dengan memberikan jalan masuk cahaya, nutrien dan sirkulasi air. Tidak semua anggota tumbuhan air (phaeophyta) yang menempel pada lamun dapat bertahan terhadap keberadaan bahan kimia seperti beberapa macam organisme sessil dan mobile.




B. Morfologi
Bentuk tubuh plankton yang umumnya mikroskopik dan tidak atau hanya mempunyai daya renang yang lemah sehingga mudah terbawa oleh arus yang sekecil apapun (Anonim, 2007).  Ukuran phytoplankton secara khas mulai dari 0,002 mm hingga 1 mm.  Pada umumnya zooplankton lebih besar dibanding phytoplankton.  Ukurannya berkisar mulai dari ukuran copepoda kecil atau kurang dari ukuran cm, hingga sebesar ubur-ubur yang mungkin mencapai ukuran meter (Anonim, 2006).
Tubuh fitoplankton khususnya dinoflagellata primitif pada umunya berbentuk oval tapi asimetri, mempunyai dua flagella, satu terletak dilekukan longitudinal dekat tubuh bagian tengah yang disebut sulcus dan memanjang ke bagian posterior. Sedangkan flagella yang lain kearah transversal dan ditempatkan dalam suatu lekukan (cingulum) yang melingkari tubuh atau bentuk spiral pada beberapa belokan. Lekukan transversal disebut girdle, merupakan cincin yang simpel dan jika berbentuk spiral disebut annulus. Fragellum transversal menyebabkan pergerakan rotasi dan pergerakan ke depan, sedangkan flagellum longitudinal mengendalikan air kearah posterior (Anonim, 2011).
Diatom bisa terdiri dari satu cell tunggal atau gabungan dari beberapa cell yang membentuk rantai.  Biasanya terapung bebas di dalam badan air dan juga kebanyakan dari mereka melekat (attach) pada substrat yang seperti padang lamun maupun lebih keras yang disebut dengan epifit. Pelekatan diatom biasanya karena tumbuhan ini mempunyai semacam gelatin (Gelatinous extrusion)  yang memberikan daya lekat pada benda atau substrat.  Dari bentuknya tubuhnya, diatom itu sendiri di kenal dengan cell diatom melingkar (Centric diatom) dan cell diatom memanjang (pennate diatom). Cell diatom ini mempunyai ukuran kurang lebih 2 micron sampai beberapa millimeter, namun kita juga kadang menemukan beberapa yang ukurannya sampai 200 micron.  Sampai saat ini para ahli memperkirakan jumlah species dari diatom ini sekitar 50.000 spesies (Anonim, 2011).
C. Habitat dan Distribusi
Plankton terdapat disemua perairan bahari.  Namun demikian mereka dapat pula diklasifikasikan atas dasar jenis perairan.  Salah satu klasifikasi di dasar atas iklim wilayah perairan.  Dengan demikian dikenal plankton kutub, plankton beriklim sedang dan plankton tropik (Kholik, 1997).
Fotosintesis dapat berlangsung bila intensitas cahaya yang sampai sesuatu sel alga lebih besar dari pada suatu intensitas tertentu, hal ini berarti bahwa plankton yang produktif hanyalah terdapat di lapisan-lapisan air teratas, dimana intensitas cahaya cukup bagi berlansungnya fotosintesis. Kedalam penetrasi cahaya dalam laut yang merupakan kedalaman dimana produksi fitoplankton masih dapat berlangsung, tergantung pada beberapa faktor antara lain absorbsi cahaya oleh air, panjang gelombang cahaya, kecerahan air, pemantulan cahaya oleh permukaan, lintang geografis dan musim (Basmi, 2000).
Fitoplankton terdapat di semua perairan bahari. Namun demikian mereka dapat pula diklasifikasikan atas dasar jenis perairan. Salah satu klasifikasi di dasarkan atas iklim wilayah perairan. Dengan demikian di kenal fitoplankton kutub, fitoplankton beriklim sedang dan fitoplankton trofik Raynold (1990) dalam Kholik 1997).
Adapula spesies yang hanya terdapat diperairan pesisir yaitu fitoplankton neritik (misalnya Asterionella sp.). Walaupun mereka kadang-kadang didapatkan cukup jauh dari garis pantai. Selain itu cukup banyak pula diatom pesisir laut yang khas seperti Skeletonema costatum. Bervariasinya kondisi perairan di perairan neritik (pantai) sehingga mengharuskan adanya penggolongan yang lebih terperinci (Sachlan, 1972 dalam Kholik 1997).
Lebih sukar menerangkan mengapa zooplankton neritik tidak mampu menyebar kepesisir perairan oceanik, walaupun ternyata beberapa spesies antara lain LeurebranchiaBalanus, Mytilus, Cardium dan beberapa larva Polychaeta. Dengan demikian didapatkan hewan-hewan meroplankton yang bergerombol dalam jumlah besar di lokasi-lokasi tertentu yang mengakibakan tidak seragamnya distribusi plankton neritik. Hewan meroplankton yang bergerombol ini akhirnya akan berpencaran tetapi tergantung dari arus dan pasang surut (Raymont, 1981 dalam   Kholik 1997). spp., tersebar luas di perairan neritik maupun di perairan oceanik. Jelas kiranya bahwa organisme-organisme meroplanktonik terdapat terbatas di perairan-perairan pantai agar dapat menyesuaikan daur hidup. Jelas kiranya bahwa banyaknya larva meroplanktonik dihasilkan dekat pantai atau bahkan antara lokasi air pasang dan air surut.
Distribusi epifit lebih banyak dihubungkan dengan faktor-faktor fisik daripada faktor-faktor biotic. Faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan epifit di perairan yaitu sinar matahari, temperatur, kecepatan arus dan ketersediaan unsur hara. Rutner (1974) dalam Momang (1999) mengemukakan bahwa sinar matahari merupakan faktor pengendali perkembangan komunitas epifit. Bukan hanya kuantitasnya (intensitas), namun lebih ke kualitas sinar matahari. Dengan semakin dalamnya lapisan air, radiasi sinar biru dengan panjang gelombang yang semakin pendek akan lebih dominan. Keadaan ini akan menyebabkan perkembangan jenis epifit berbeda-beda.


D. Struktur Komunitas
Salah satu unsur penting yang banyak hidup diperairan secara langsung atau tidak lansung bergantung pada hasil fotosintesis fitoplankton dan tumbuhan air karena meningkatnya suhu yang masih dapat ditolerir oleh organisme nabati akan diikuti oleh kenaikan derajat metabolisme dan aktifitas fotosintesis fitoplankton yang ada di dalam.  Dengan demikian suhu air ini erat kaitannya dengan pembentukan produktifitas primer disuatu perairan (Musa, 1992).
Fitoplankton diatom dan dinoflagellata adalah produsen yang dominan pada tingkat trofik di wilayah manapun.  Zooplankton penting sebagai penghubung antara plankton dan nekton (Odum, 1996).  Dalam rantai pakan (food chain), fitoplankton akan dimakan oleh hewan herbivora yang merupakan produsen sekunder (secondary producer).  Produsen sekunder ini umumnya berupa zooplankton yang kemudian dimangsa pula oleh hewan karnivora yang lebih besar sebagai produsen tersier (tertier producer).  Demikian seterusnya rentetan karnivor memangsa karnivora lain hingga merupakan produsen tingkat keempat, kelima, dan seterusnya.  Fitoplankton sebagai produsen primer, merupakan pangkal rantai pakan dan merupakan fondamen yang mendukung kehidupan seluruh biota laut lainnya.  Atau dengan kata lain dapat disebutkan bahwa perairan yang produktivitas primer fitoplanktonnya tinggi akan mempunyai potensi sumber daya hayati yang besar pula (Nontji, 1987).
Berbagai macam faktor kimia dan fisika dapat mempengaruhi pertumbuhan, kelangsungan hidup dan produktifitas tumbuhan teresterial. Faktor-faktor penting yang sangat kritis bagi tumbuhan teresterial adalah cahaya, suhu, kadar zat-zat hara, tanah dan air. Suatu tumbuhan yang hidup tersuspensi dalam air, baik air maupun tanah tidak penting artinya. Kisaran suhu di biosfer teresterial dapat mencapai suatu tingkat yang dapat memproduksi tumbuhan. Sebaiknya kisaran suhu dalam lingkungan hidup bahari selalu berlangsung secara bertahap dari sifat-sifat fisik air (Nybakken, 1992).
E.  Pola Adaptasi
Fitoplankton dapat bertahan hidup hanya pada lapisan yang masih dapat ditembus cahaya matahari.  Densitas protoplasma yang tinggi (1,02-1,06), secara normal dapat membuatnya tenggelam di perairan.  Agar dapat terapung, organisme planktonik mengembangkan beberapa pola adaptasi, utamanya adalah dengan pengurangan ukuran, yang mana organisme planktonik ini dapat mempunyai luas permukaan yang besar dibanding dengan berat tubuhnya, karenanya partikel yang terkandung akan dapat mengalami pergeseran berlawanan dan dapat menghindari tenggelamnya organisme planktonik.  Tetapi pengurangan ukuran tidak cukup, beberapa organisme planktonik mengengkat gumpalan lemak/minyak, sehingga pengaruh gravitasi dapat berkurang.  Beberapa plankton bercangkang seperti diatom, sering mempunyai bentuk potongan seperti lempengan tipis, sehingga membutuhkan waktu yang lama untuk tenggelam (coscinodiscus) (Kutty, 2006). 
Intensitas cahaya adalah jumlah cahaya yang terdapat di perairan pada kedalaman dan jangka waktu tertentu.  Fotosintesis oleh fitoplankton sangat tergantung terhadap adanya cahaya.  Laju fotosintesis akan tinggi bila tingkat intensitas cahaya yang sampai ke suatu sel alga lebih besar daripada suatu intensitas tertentu.  Hal ini berarti bahwa fioplankton yang produktif hanya terdapat dilpisan-lapisan air teratas dimana intensitas (Nontji, 2002).





III.  METODE PRAKTIKUM

A.  Waktu dan Tempat
Pengambilan sampel dilakukan pada hari Minggu tanggal 19 November 2011  pukul 08.00-10.00 Wita yang bertempat di peraian pantai Tanjung Timur Kecamatan Moramo Utara Kabupaten Konawe Selatan. Sedangkan pengamatan di Laboratorium dilaksanakan pada hari Sabtu, tanggal 3 Desember 2011 pukul 15.00 – 17.30 Wita yang bertempat di Laboratorium Jurusan Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Haluoleo, Kendari.
B.  Alat dan Bahan
Alat dan bahan yang digunakan pada praktikum kali ini  dapat dilihat pada Tabel 1 sebagai berikut :
Tabel  1.  Alat dan bahan yang digunakan pada praktikum planktonologi
No.
Alat dan Bahan
Kegunaan
A
Alat

1
Plankton net
Untuk mengambil/menyaring plankton
2
Botol Vit. C
Untuk menyimpan plankton
3
Ember
Untuk mengambil air laut
4
Mikroskop
Untuk mengamati plankton
5
Pipet tetes
Untuk mengambil air sampel pada botol Vit. C
6
Kaca penutup
Untuk menutup sampel pengamatan
7
Kaca objek
Untuk menyimpan sampel pengamatan
B
Bahan

1
Air sampel
Sebagai objek pengamatan
2
Lugol
Untuk mengawetkan bahan









C.  Prosedur Kerja
Prosedur kerja pada praktikum ini adalah sebagai berikut :
1.  Pengambilan Sampel  Fitoplankton
a.       Menyediakan alat yang akan digunakan yaitu plankton net
b.      Mengambil air laut dengan menggunakan ember (10 liter)  sebanyak 10 kali.
c.       Menyaring dengan menggunakan plankton net.
d.      Menyimpan sisa air sampel yang terdapat pada plankton net pada botol roll dan kemudian di tetesi dengan larutan lugol
2.  Pengambilan Sampel Epifit
a.  Menyiapkan perlengkapan  yang digunakan
b.  Mengambil daun lamun  kemudian diukur panjang dan lebarnya
c.  Mengeruk epifit yang melekat di daun lamun dengan menggunakan mistar
d.  Menyimpan hasil kerukan pada botol dan kemudian di tetesi dengan larutan lugol
3.  Pengamatan di Laboratorium
a.       Menyediakan alat dan bahan yang akan digunakan yaitu mikroskop
b.      Meneteskan air sampel pada kaca objek menggunakan pipet tetes dan tutup dengan kaca penutup.
c.       Mengamati di bawah mikroskop jenis plankton.
d.      Menggambar dan mengidentifikasi jenis plankton.



D.  Analisis data
1.  Kelimpahan total plankton
`
Dimana :    K   =  Kelimpahan (sel/l)
                  Oi  =  Luas gelas penutup (mm2).
                  Op =  Luas 1 lapang pandang
                  Vr =  Volume air yang tersaring dalam jaring plankton (ml)
                  Vp             =  Volume 1 tetes air contoh (ml)
                  Vs =  Volume air yan tersaring (l)
                  n    =  Jumlah plankton dari seluruh lapang pandang
                  P    =  jumlah lapang pandang yang diamati
2.   Kelimpahan individu :

Dimana :  ni     =  Jumlah individu plankton ke- i
                 N    = Jumlah total individu plankton

3.  Indeks Keanekaragaman
         H1 =  -Σ Pi log Pi
Dimana :    H1  =  Indeks keanekaragaman Shanon
                  Pi   =  n/N
                  ni    =  Jumlah individu jenis ke-1
                  N    =  Jumlah total individu
4. Indeks Dominansi
         C  =  Σ (ni/N)
Dimana :    C  =  Indeks dominansi
                  ni  =  Jumlah individu jenis ke-1
                  N  =  Jumlah total individu


5.  Indeks Keragaman

Dimana :    E          =  Indeks kesamaan (berkisar 0 – 1)
                  H1        =  Indeks keragaman Shanon
                  Hmax  =  In S
                  S          =  Jumlah spesies







































IV.  HASIL DAN PEMBAHASAN

A.      Gambaran Umum Lokasi
 








                                                                           (Sumber : Dokumen Pribadi, 2011)
Gambar 2. Gambaran Umum Lokasi Praktek
             Praktek Planktonologi kali ini dilakukan di perairan Desa Tanjung Tiram yang terletak di Kecamatan Moramo Utara, Kabupaten Konawe  Selatan. Di bagian selatan perairan Tanjung Tiram ini berbatasaan dengan Desa Wowatu dan perairan teluk Moramo, bagian utara berbatasaan dengan  Desa Lalowaru dan perairan teluk Kendari, bagian timur berbatasan dengan  perairan teluk Moramo dan bagian barat berbatasan dengan kawasan hutan lindung.  Di lokasi tersebut masih dapat ditemukan berbagai jenis biota-biota laut yang mungkin sudah tidak bisa didapatkan lagi di perairan lain, seperti Teluk Kendari. Di lokasi ini pula, hampir seluruh jenis tumbuhan air  dapat ditemukan. Hal itu dikarenakan kondisi air yang masih sangat jernih sehingga cahaya yang  masuk masih berada dikisaran normal yang dibutuhkan oleh berbagai jenis tumbuhan air dan biota yang hidup di daerah tersebut.

B.       Hasil Pengamatan
Data pengamatan pada praktikum ini dapat dilihat pada tabel 2  berikut :
Tanel 2. Data Hasil Pengamatan Pada Pratikum Lapang Planktonologi di Perairan Pantai Desa Tanjung Tiram, Kecamatan Moramo Utara, Kabupaten Konawe       Selatan
No.
Jenis
Jumlah

Class Bacillariophyceae

1
Chaetoceros sp.
1
2
Planktoniella sp.
1
3
Navicula sp.
2
4
Mellosira sp.
1
5
Oscillatoria sp.
3
6
Coscinodiscus sp.
1
7
Pseudo-nitzchia
2
8
cyclotella sp.
1
9
Thallasiosira sp.
1
10
Cocconeis sp.
1
11
Cymatopleura sp.
2
12
Eunotia sp.
1
13
Licmophora sp.
1
14
Nitzchia sp.
1
15
Diatoma sp.
1

Class Dynophyceae

16
Protoperidinium sp.
1

Adapun hasil analisis data plankton mulai dari satu jenis spesies, dua jenis spesies sampai tiga jenis spesies dapat dilihat pada tabel-tabel berikut dibawah ini :
Tabel 3.  Analisis data untuk satu jumlah spesies
No.
Kelimpahan plankton
Indeks keanekaragaman
Indeks keseragaman
Indeks dominansi
1.
1807,5 ind/L
0,062
0,046
0,0019

Tabel 4.  Analisis data untuk dua jumlah spesies
No.
Kelimpahan plankton
Indeks keanekaragaman
Indeks keseragaman
Indeks dominansi
1.
3615 ind/L
0,097
0,073
0,00904


Tabel  5. Analisis data untuk tiga jumlah spesies
No.
Kelimpahan plankton
Indeks keanekaragaman
Indeks keseragaman
Indeks dominansi
1.
6025
0,119
0,090
0,020

Tabel  6. Total analisis data untuk semua plankton
No.
Total kelimpahan plankton
Total keanekaragaman
Total keseragaman
Total dominansi
1.
38560 ind/L
1,681
0,8848
0,0748

C.    Pembahasan
Plankton adalah organisme renik yang pada umumnya hidup melayang di dalam air atau mempunyai kemampuan renang yang sangat lemah sehingga pergerakannya selalu dipengaruhi oleh gerakan massa air. Plankton dapat dibagi menjadi 2 golongan besar yaitu fitoplankton dan zooplankton.
Keanekaragaman suatu komunitas plankton bisa dinyatakan dengan menggunakan data dari jumlah spesies atau jumlah genera yang ada, distribusi dari biomassa komposisi pigmen atau jumlah dari parameter yang mudah bisa mengukur kondisi alamiah plankton. Keanekaragaman dilakukan dengan menentukan persentase komposisi dan spesies di dalam sampel. Semakin banyak jenis organisme yang terdapat dalam sampel maka makin besar pula keanekaragaman, meskipun harga ini juga tergantung pada jumlah total individu masing-masing spesies.
Plankton yang mempunyai ukuran yang berbeda-beda dalam tiap jenis sehingga ada jenis plankton yang tidak dapat disaring dan ada yang dapat disaring oleh plankton net. Pernyataan ini didukung oleh Sachlan (1972) yang menyatakan bahwa plankton merupakan jasad renik yang melayang di dalam air yang terdiri dari net plankton dan nano plankton.  Net plankton adalah plankton yang dapat disaring dengan plankton net ukuran 25,  sedangkan nano plankton adalah plakton yang tidak dapat disaring dengan plankton net dimana plankton tersebut ukurannya sedikit lebih kecil atau ukuran mata jaring.
Faktor lingkungan merupakan faktor yang sangat memperngaruhi keberadaan plankton, diantaranya adalah kecerahan, suhu, dan arus. Dimana, periran dengan kecerahan tertentu menunjukkan adanya kemampuan cahaya pada intensitas yang tertentu pula untuk menembus lapisan air pada kedalaman tertentu.  Kecerahan penting karena erat kaitannya dengan proses fotosintesis yang terjadi di perairan. Arus penting dalam kaitannya dengan kehidupan organisme, karena arus dapat menyebabkan perubahan suhu dan salinitas, selain itu sifat dari plankton yang pergerakannya dipengaruhi oleh arus. Suhu juga memegang peranan penting dalam perairan dan merupakan faktor pembatas bagi pertumbuhan organisme perairan termasuk plankton sebab mengatur proses biologi dalam perairan
Dari hasil pengamatan diperoleh jenis plankton dari kelas Bacillariophyceae yaitu Chaetoceros sp., Planktoniella sp., Navicula sp., Mellosira sp., Oscillatoria sp., Coscinodiscus sp., Pseudo-nitzchia, Cyclotella sp., Thallasiosira sp., Cocconeis sp., Cymatopleura sp., Eunotia sp., Licmophora sp., Nitzchia sp., Diatoma sp., dan dari kelas Dynophyceae yaitu Protoperidinium sp. Berdasarkan hasil analisis data plankton yang ditemukan di Perairan Tanjung Tiram memiliki kelimpahan total 42.2032 individu/l, keanekaragaman total 1,681 individu/l, keseragaman total 0,8849 individu/l, dan dominasi total 0,0748 individu/l. Hasil analisis data menunjukkan bahwa kelimpahan plankton di perairan Tanjung Tiram cukup tinggi dimana dipengaruhi dengan kecerahan perairan yang tinggi dengan arus yang tidak terlalu tinggi shingg kelimpahan plankton menjadi stabil. Hal ini didukung oleh pernyataan Sidabutar (2000),  bahwa variasi kelimpahan plankton sangat dipengaruhi oleh intensitas cahaya dan kecerahan suatu perairan. Hal ini dikarenakan fitoplankton membutuhkan cahaya matahari untuk proses fotosintesis dan fitoplankton sendiri merupakan utama dari zooplankton. Faktor lain yang mempengaruhi kelimpahan plankton yaitu  arus yang dipicu dari kombinasi kondisi pasang surut harian dan angin yang berhembus di permukaan.
Total indeks keanekaragaman plankton yang ditemukan di Perairan Pantai Tanjung Tiram Kecamatan Moramo Utara Kabupaten Konawe Selatan yuitu 1,1681. Nilai Indeks keseragaman yang ditemukan menunjukkan bahwa Peraian Pantai Tanjung Tiram memiliki indeks keanekaragaman dan penyebaran jumlah individu setiap jenis fitoplankton sedang, kestabilan komunitas fitoplankton sedang. Hal ini sesuai dengan pernyataan Odum (1996), yang menyatakan bahwa bila nilai indeks keanekaragaman (H’) yang diperoleh pada suatu perairan lebih besar dari 1 dan lebih kecil dari 3 memiliki keanekaragaman dan penyebaran jumlah individu setiap jenis plankton sedang, kestabilan komunitas plankton sedang.
Berdasarkan analisis data, indeks keseragaman plankton yang di Perairan Pantai Tanjung Tiram yaitu 0,8849. Nilai ini menunjukan bahwa indeks keseragaman plankton di Perairan Pantai Tanjung Tiram memiliki struktur komunitas plankton yang stabil karena kondisi lingkungan cukup prima dan tidak mengalami tekanan ekologis (strees) . Hal ini didukung oleh  pernyataan Odum (1996), bahwa nilai indeks keseragaman (E) plankton yaitu 0,75 < E ≤ 1 merupakan komunitas plankton yang stabil. Hal ini diperjelas oleh pernyataan Basmi (2001), bahwa kondisi struktur komunitas dalam keadaan stabil, menunjukkan kondisi lingkungan cukup prima dan tidak terjadi tekanan ekologis.  
Hasil analisis juga menunjukkan bahwa kelimpahan total untuk semua jenis plankton yang ditemukan yaitu 42,2032  ind/L,  yang terdiri dari 1807,5  kelimpahan satu jumlah spesies, 3615 untuk  kelimpahan dua jumlah spesies dan  6025 untuk  kelimpahan tiga jumlah spesies. Jumlah  kelimpahan plankton ini dipengaruhi oleh arus dan kedalaman perairan tersebut. Hal in sesuai dengan pendapat (Arinandi, 1997), yang menyatakan bahwa penyebaran plankton tidak merata dalam suatu perairan karena di pengaruhi faktor  kimia maupun fisika, antara lain intensitas cahaya matahari, salinitas, suhu dan arus. Sedangkan  menurut Welch (1948)  penyebaran ini dipengaruhi oleh faktor fisis seperti aliran air, arus, kedalam dan proses “up welling”  yang menyebabkan berfariasinya nitrat dan juga menyebabkan terjadinya percampuran massa air serta  faktor abiotik seperti cahaya, suhu, kecerahan, salinitas dan ketersediaan unsur-unsur hara sangat menentukan kelimpahan plankton sebagai salah satu komponen abiotik di dalam perairan.
Indeks dominansi plankton di Periran Panai Tanjung Tiram yaitu 0,0748. Berdasarkan analisis data indeks dominansi yang diperoleh menunjukknan bahwa tidak terdapat jenis plankton yang mendominasi di Perairan pantaiTanjung Tiram. Hal ini sesuai dengan pernyataan Odum (1996), jika diperoleh nilai Indeks Dominansi mendekati 0 (< 0,5) berarti tidak terdapat jenis yang mendominasi perairan tersebut.







V.  KESIMPULAN DAN SARAN
A.  Kesimpulan
            Berdasarkan hasil pengamatan dan pembahasan, kesimpulan yang dapat ditarik dari praktikum ini adalah sebagai berikut :
1.      Jenis-jenis plankton yang ditemukan diperairan pantai Desa Tanjung Tiram yang terletak di Kecamatan Moramo Utara, Kabupaten Konawe Selatan. yaitu  Chaetoceros sp., Planktoniella sp., Navicula sp., Mellosira sp., Oscillatoria sp., Coscinodiscus sp., Pseudo-Nitzhia, Cyclotella sp., Thallasiosira sp., Cocconeis sp., Cymotopleura sp., Eunotia sp., Licmophora sp., Nitzhia sp., Diatoma sp., Protoperidium sp.
2.      Nilai indeks keanekaragaman total plankton yang ditemukan yaitu 1,681 ind/L  untuk semua jenis plankton yang  ditemukan adalah tinngi dan hal ini dipengaruhi oleh arus, pengadukan air laut saat pengambilan sampel dan kedalaman perairan tersebut.
3.      Nilai  keseragaman total plankton yang ditemukan yaitu 0,8849       ind/L, karena masih ada faktor abiotik maupun faktor biotik  ataupun faktor pembatas yang ada dalam populasi itu sendiri yang tidak di amati yang turut mempengaruhi hal ini.
4.      Nilai kelimpahan total plankton yang ditemukan yaitu 42,2032 ind/L, kelimpahan ini dipengaruhi oleh faktor fisis seperti aliran air, arus, kedalam dan proses “up welling” yang menyebabkan berfariasinya nitrat dan juga menyebabkan terjadinya percampuran massa air serta faktor abiotik seperti cahaya, suhu, kecerahan, salinitas dan ketersediaan unsur-unsur hara sangat menentukan kelimpahan plankton sebagai salah satu komponen abiotik di dalam perairan
5.      Nilai Dominansi untuk semua jenis plankton yang ditemukan adalah rendah yaitu 0,0748 ind/L, dimana tidak ada spesies plankton yang mendominasi. Hal ini disebabkan faktor lingkungan seperti suhu, arus, salinitas oksigen terlarut dan parameter lingkungan lainnya yang mempengaruhi dominansi suatu jenis plankton di suatu perairan.
B. Saran
            Saran saya untuk praktikum lapang selanjutnya sebaiknya juga dilakukan di perairan tawar agar praktikan dapat melihat perbandingan secara langsung jenis plankton air tawar dan air laut.












Tidak ada komentar:

Posting Komentar