Tugas
MANAJEMEN TATA
LINGKUNGAN
AKUAKULTUR
Oleh :
LAODE TANDA
(I1A210127)
FAKULTAS
PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
UNIVERSITAS HALU
OLEO
KENDARI
2014
BAB I.
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Biota
air membutuhkan lingkungan yang nyaman agar dapat hidup sehat dan tumbuh
optimal. Bila lingkungan tersebut tidak memenuhi syarat, biota air dapat
mengalami stres, mudah terserang penyakit yang akhirnya akan menyebabkan
kematian. Untuk itu pertimbangan atau faktor-faktor yang mempengaruhi lingkungan
perairan adalah penting untuk diperhatikan karena kualitas tanah dan air sangat
mempengaruhi semua jenis organisme yang hidup di air.
Wadah budi daya ikan yang dapat digunakan oleh masyarakat
yang tidak memiliki lahan darat dalam bentuk kolam, masyarakat dapat melakukan
budi daya ikan di perairan umum. Budi daya ikan dengan menggunakan karamba
merupakan alternatif wadah budi daya ikan yang sangat potensial untuk
dikembangkan karena seperti diketahui wilayah Indonesia ini terdiri dari 70%
perairan baik air tawar maupun air laut. Dengan menggunakan wadah budi daya
karamba dapat diterapkan beberapa sistem budi daya ikan yaitu secara ekstensif,
semi intensif maupun intensif disesuaikan dengan kemampuan para pembudidaya
ikan. Jenis-jenis wadah yang dapat digunakan dalam membudidayakan ikan dengan
karamba ada beberapa antara lain karamba jaring terapung, karamba bambu
tradisional dengan berbagai bentuk bergantung pada kebiasaan masyarakat
sekitar. Teknologi yang digunakan dalam membudidayakan ikan dengan karamba ini
relatif tidak mahal dan sederhana, tidak memerlukan lahan daratan menjadi badan
air yang baru serta dapat meningkatkan produksi perikanan budi daya (Wibawa,
2010).
Menurut
Effendi (2002), “Keramba Jaring Apung adalah system budidaya dalam wadah berupa
jaring yang mengapung (floating net cage) dengan bantuan pelampung dan
ditempatkan di perairan seperti waduk, laguna, selat dan teluk”
Salah satu jenis ikan ekonomis penting yang telah dapat
dibudidayakan dalam keramba jaring apung (KJA) adalah ikan Ikan
kerapu macan (Epinephelus fuscoguttatus). Permintaan pasar dalam keadaan hidup terhadap spesies
ini baik di dalam maupun di luar negeri sangat tinggi. Budidaya kerapu macan
memiliki prospek masa depan yang cukup baik, karena beberapa alasan : (a)
Teknologi pembenihan massal telah dikuasai, (b) Harganya tinggi, (c) Teknologi
pendederan dan KJA laut telah dikuasai, (d) Tersedianya pakan berupa ikan rucah
atau pakan buatan (crumble dan pellet), (e) Banyak pihak yang berminat untuk
mengembangkan budidaya laut khususnya kerapu macan, baik dari pihak swasta
ataupun pemerintah.
Namun harus diakui bahwa terdapat beberapa kendala yang
harus dikaji dan diperhitungkan agar upaya pengembangan ikan kerapu bebek dapat
berjalan lancar. Salah satu contohnya adalah kegiatan pembesaran ikan kerapu
bebek di dalam KJA-laut. Beberapa aspek perlu dipertimbangkan agar proses
pembesaran ikan kerapu bebek di KJA dapat berjalan lancar. Beberapa aspek
tersebut diantaranya adalah pemilihan lokasi yang memenuhi persyaratan teknis
(kelayakan dan daya dukung lahan) serta penataan ruang sangat penting untuk
usaha budidaya yang berkelanjutan (sustainable aquaculture).
B. Tujuan
Adapun yang menjadi tujuan dari penyusunan makalah ini
adalah agar mahasiswa dapat mengetahui bagaimana perlakuan dalam melakukan
manajemen tata lingkungan budidaya ikan Kerapu di KJA yang sesuai dengan
kebutuhan biologisnya serta persyaratan lokasi penempatan media budidaya.
BAB
II. PEMBAHASAN
A. Pembuatan
Karamba Jaring Apung
1. Pembuatan
Rakit Terapung
Untuk membuat keramba jaring apung (KJA) langkah pertama
adalah membuat rakit terapung. Pembuatan rakit ini dilakukan di perairan pantai
agar mudah dalam pembuatan dan pemindahan ke lokasi budidaya. Rakit dapat
dibuat dari bambu atau kayu. Penggunaan bahan dari kayu akan lebih tahan lama
dan biasanya digunakan untuk skala yang lebih besar. Rakit ini terdiri dari
beberapa unit dan dilengkapi dengan lantai dan rumah jaga.
2. Pembuatan
Keramba
Ukuran keramba sebaiknya 3x3x3 meter. Bahan yang
digunakan adalah jaring poilietelin No.380 D/9 dan 380 D/13 berukuran mata
jaring (mesh size) 1 inci dan 2 inci. Untuk membuat sebuah keramba dengan
ukuran tertentu, ukuran pemotongan ditambah 30% dari ukuran yang dikehendaki.
Untuk panjang jaring 3 meter ditambah 30% (110 m2), maka panjang pemotongan
jaring 410 meter.
3. Pemasangan
Keramba pada Rakit
Keramba yang sudah siap, segera dipasang pada rakit
dengan mengikatkan sudut-sudut keramba ke sudut-sudut bingkai rakit. Disetiap
sudut keramba dipasang pemberat dan tali pemberat. Untuk pemberat, dapat
digunakan timah atau adukan semen + pasir dengan bobot 3 - 4 kg per buah,
sedang untuk tali pemberat, digunakan tali berdiameter 1 cm dengan panjang 4 m.
Cara memasang pemberat : tali pemberat diikatkan pada pemberat, ujung yang lain
diikatkan sementara pada bingkai di sudut-sudut keramba. Ujung tali diikat
pemberat dibelitkan pada sudut bawah keramba. Pemberat diturunkan ke perairan
sampai keramba menjadi tegang, kemudian tali pemberat ditarik ke atas, 10 cm dan
ujung tali pemberat diikat kembali pada bingkai rakit di sudut keramba dengan demikian
yang tegang adalah tali pemberat, bukan keramba.

Gambar 1. Keramba
Jaring Apung
B. Organisme Budidaya
1. Klasifikasi
dan Morfologi Ikan Kerapu Macan
Ikan
Kerapu Macan (Epinephelus fuscoguttatus)
adalah salah satu jenis ikan kerapu yang umumnya dikenal dengan istilah
"groupers" dan merupakan salah satu komoditas perikanan yang
mempunyai peluang baik dipasar domestik maupun pasar internasional dan selain
itu nilai jualnya cukup tinggi. Ikan Kerapu mempunyai sifat-sifat yang
menguntungkan untuk dibudidayakan karena pertumbuhannya cepat dan dapat
diproduksi massal untuk melayani permintaan pasar ikan kerapu dalam keadaan
hidup. Berkembangnya pasar ikan kerapu hidup karena adanya perubahan selera
konsumen dari ikan mati atau beku kepada ikan dalam keadaan hidup, telah
mendorong masyarakat untuk memenuhi permintaan pasar ikan kerapu melalui usaha
budidaya.
Adapun
klasifikasi ikan kerapu Macan menurut Randall (1987) dalam Subyakto dan Cahyaningsih (2003) adalah :
Class :
Osteichtyes
Sub
class : Actinopterigi
Ordo : Percomorphi
Divisi :
Perciformes
Famili : Serranidae
Genus : Epinephelus
Species : Epinephelus fuscoguttatus

Gambar
1. Morfologi Ikan Kerapu Macan
Subyakto dan Cahyaningsih (2003) menjelaskan bahwa ikan
kerapu macan bentuk tubuhnya memanjang dan gepeng (compressed), tetapi
kadang-kadang ada juga yang agak bulat. Mulutnya lebar serong ke atas dan bibir
bawahnya menonjol ke atas. Rahang bawah dan atas dilengkapi gigi-gigi geratan
yang berderet dua baris, ujungnya lancip dan kuat. Sementara itu, ujung luar
bagian depan dari gigi baris luar adalah gigi-gigi yang besar. Badan kerapu
macan ditutupi oleh sisik kecil yang mengkilap dan bercak loreng mirip bulu
macan (Subyakto dan Cahyaningsih, 2003).
2. Habitat
dan Penyebaran Ikan Kerapu Macan
Habitat benih ikan
kerapu macan adalah pantai yang banyak ditumbuhi algae jenis reticulata dan Gracilaria sp, setelah dewasa hidup di
perairan yang lebih dalam dan berkarang, sehingga disebut ikan karang. Ikan
kerapu macan termasuk jenis karnivora dan cara makannya "mencaplok"
satu persatu makan yang diberikan sebelum makanan sampai ke dasar. Pakan yang
paling disukai jenis krustaceae (rebon, dogol dan krosok), selain itu jenis
ikan-ikan (tembang, teri dan belanak).
3. Penempatan Lokasi Media Budidaya
a. Lokasi Penempatan KJA
Penempatan Keramba jaring apung harus disesuaikan dengan lingkungan
sebagai kebiasaan hidup organisme budidaya dalam hal ini ikan kerapu macan
serta daerah yang terlindung dari gelombang besar. Seperti halnya habitat ikan kerapu macan yaitu jenis dasar
perairan terumbu karang, pasir dan lumpur terutama bagian dalam. Kalau
penempatan KJA yaitu pada daerah sand dune (bukit pasir) yang terdapat di
bagian luar teluk dan sebagian dalam teluk yang merupakan pelindung sebagian
areal teluk dari gelombang besar. Dengan adanya sand dune ini yang telah
ditumbuhi beberapa pohon bakau menyebabkan terdapatnya areal teluk yang
relative terlindung dari ombak. Pelebaran sand dune terdapat areal-areal yang
sangat dangkal pada saat surut terendah tetapi masih tergenang. Pada umumnya
dasar perairan memiliki substrat pasir atau berpasir.
Dalam mengembangkan budidaya di keramba jaring apung,
melakukan pemilihan lokasi yang bebas dari bahan-bahan pencemar, terlindung
dari pengaruh angin, arus, gelombang besar dan sirkulasi air akibat pasang
surut tidak begitu kuat, kedalaman perairan berkisar antara 5-15 m, terhindar
dari penempelan organisme air, fluktuasi salinitas tidak terlalu besar, arus
air yang optimum yaitu antara 20-50 cm/s dan penempatan jaring tegak lurus
dengan arah arus.
b. Pemilihan
Lokasi
Tidak semua perairan pantai dapat dijadikan
tempat usaha budidaya ikan kerapu. Hal ini dikarenakan adanya faktor-faktor
yang harus dipenuhi sebelum usaha budidaya ikan kerapu tersebut dimulai.
·
Faktor Resiko
Faktor resiko sangat ditakuti oleh para
pembudidaya ikan kerapu, karena faktor ini dapat menjadi kegagalan total dalam
usaha budidaya ikan kerapu. Namun demikian perhitungan dan pertimbangan secara
cermat atas faktor ini akan dapat membawa keberhasilan operasional budidaya.
Adapun yang termasuk ke dalam faktor resiko ini adalah :
- Pencemaraan
Lokasi hendaknya
terhindar atau jauh dari
sumber pencemar, seperti limbah rumah tangga,
pertanian dan industri. Limbah rumah tangga dapat berupa buangan detergen,
berbagai zat racun (pesticida atau insektisida) dan bahan padat seperti kaleng,
plastik dan lain-lain yang dapat menyebabkan berbagai gangguan pada ikan kerapu
yang kita pelihara. Kemudian limbah dari pertanian misalnya herbisida,
insektisida dan kotoran hewan. Sedangkan dari limbah industri dapat berupa
minyak, logam-logam berat dan limbah industri lainnya yang bersipat racun.
- Manusia
Faktor yang berhubungan
dengan manusia ini adalah keamanan, yang mana kalau suatu lokasi tempat usaha
budidaya tidak aman, maka para investor akan lari atau tidak mau menanamkan
modalnya untuk usaha ini. Masalah yang sering terjadi dalam hal ini adalah
pencurian dan sabotase yang dilakukan oleh manusia-manusia yang tidak
bertanggung jawab. Tetapi dengan pendekatan sosial-kultural yang baik biasanya
masalah ini dapat diatasi atau dihindari.
- Konflik penggunaan lahan
Dalam menentukan lokasi
tempat usaha budidaya ikan kerapu, lahan tempat usaha haruslah berbas dari
konflik atau masalah penggunaan lahan, dimana lokasi haruslah bebas dari jalur
lalu lintas kapal, dan juga haruslah memperhatikan perkembangan kota atau
daerah (dalam arti kata sesuai dengan pola tata ruang yang telah disusun oleh
pem erintah).
- Gangguan alam (badai dan gelombang besar)
Badai dan gelombang
besar akan merusak kontruksi keramba. Disamping itu badai dan gelombang yang
terus menerus juga mengakibatkan akan terjadinya pengadukan dasar perairan, sehingga
menyebabkan zat-zat organic dan anorganik yang mengendap didasarkan perairan
akan naik keatas, dan ini tertentunya akan menimbulkan dampak buruk terhadap
perairan tersebut seperti menurunnya (buruknya) kualitas air. Semuanya ini
tentunya akan menyebabkan ikan menjadi stress dan selera makannya
berkurang, sehingga dapat menurunkan produksi yang dapat dipanen nantinya.
Tinggi gelombang tidak lebih dari 0,5 meter.
- Pasang surut
Kondisi pasang surut
yang terlalu besar juga akan menyebabkan terjadinya gangguan terhadap kehidupan
ikan kerapu yang dibudidayakan. Hal ini terjadi terutama pada lokasi perairan
yang dekat dengan sumber air tawar (misalnya didepan muara sungai), yang mana
pada waktu surut, air tawar akan terbawa jauh ketengah laut, sehingga kondisi
ini menyebabkan turunnya kualitas air, terutama menurunnya salinitas dengan
drastis dan pH (derajat keasaman). Lokasi seperti itu kurang baik untuk
dijadikan tempat usaha budidaya ikan kerapu macan, karena fluktuasi salinitasnya
sangat besar sekali, sehingga mempengaruhi nafsu makan, ikan menjadi stress dan
pertumbuhannya terganggu dan bahkan dapat menyebabkan kematian pada ikan kerapu
macan peliharaan.
·
Faktor Kemudahan
Disamping faktor di atas, kemudahan dalam
penyediaan sarana dan prasarana yang diperlukan untuk usaha budidaya ikan
kerapu juga harus kita perhatikan, diantaranya :
- Sarana dan prasarana transportasi
Lokasi untuk usaha
budidaya ikan kerapu ini haruslah memiliki transportasi yang lancar, sebab
sarana dan prasarana
transportasi yang minim akan mengakibatkan
membesarnya biaya produksi, sehingga akan mengakibatkan harga jual menjadi
tinggi, dan akibatnya tidak mampu bersaing di pasaran. Disamping itu dengan minimnya
sarana dan prasarana tranportasi juga akan mengakibatkan sulitnya dalam
memasarkan hasil panen nantinya. Jadi dengan terjamin sarana dan prasarana
transportasi maka akan memudahkan dalam mendapatkan saprodi (sarana produksi)
seperti benih dan pakan.
- Ketersediaan benih
Lokasi yang akan
dijadikan tempat usaha budidaya ikan kerapu juga harus memperhatikan mudah atau
tidaknya mendapatkan benih, sebab ketersediaan benih yang berkualitas baik dan
kontinyu juga merupakan faktor mutlak dalam menentukan keberhasilan suatu usaha
budidaya ikan kerapu.
- Ketersediaan pakan
Daerah yang dekat dengan
sumber pakan merupakan lokasi yang diharapkan, karena pakan merupakan kunci
keberhasilan dalam budidaya ikan kerapu. Apabila lokasi suatu usaha budidaya
ikan kerapu jauh dari sumber pakan, maka ketersediaan pakan yang berkualitas
baik dan kontinyu sukar didapatkan, sehingga hal ini mengakibatkan biaya
produksi juga meningkat, dan akhirnya keuntungan yang diperoleh akan lebih
kecil atau rendah.
- Pemasaran
Yang mana lokasi usaha
haruslah daerah yang mudah untuk memasarkan hasil panen, dan ini tentunya juga
tidak lepas dari sarana dan prasarana transportasi ke lokasi usaha.
·
Faktor Hidrologi
1. Faktor Fisika, yang meliputi :
- Suhu atau temperatur perairan, yaitu 27 ~ 32 oC, dengan fluktuasi harian kecil dari 5 oC.
- Kedalaman perairan, minimal 5 meter (3 m tinggi jaring keramba, 2 m jarak antara dasar jaring dengan dasar perairan ).
- Kecerahan, perairan harus jernih yaitu minimal kecerahannya 5 meter.
- Kecepatan arus, yaitu idealnya 15 ~ 30 cm / det.
- Dasar perairan. khusus untuk ikan kerapu macan, dasar perairan haruslah berkarang atau berpasir.
2. Faktor Kimia, yang meliputi :
- Salinitas (kadar garam), yaitu 30 ~ 33 o/oo. Lokasi yang dekat dengan muara sungai tidak dianjurkan untuk lokasi pemeliharaan ikan ker apu macan, karena pada daerah seperti itu fluktuasi salinitasnya sangat besar sekali sehingga dapat mempengaruhi nafsu makan dan pertumbuhan ikan kerapu.
- Derajat keasaman (pH), Kondisi perairan dengan pH netral sampai sedikit basa sangat ideal untuk kehidupan ikan kerapu macan. Suatu perairan yang ber-pH rendah dapat mengakibatkan aktivitas pertumbuhan menurun atau ikan menjadi lemah serta lebih mudah terserang penyakit sehingga mengakibatkan tingginya angka kematian (mortalitas). PH perairan yang baik untuk ikan kerapu macan adalah 8,0 ~ 8,2.
- Oksigen terlarut, Ketersediaan oksigen terlar ut dalam perairan sangat dibutuhkan oleh ikan kerapu yang dipelihara untuk hidup. Rendahnya konsentrasi oksigen dalam perairan akan meyebabkan kurangnya nafus makan dan rendahnya pertumbuhan ikan kera pu yang kita pelihara dan bahkan dapat menyebabkan kematian. Kandungan oksigen teralarut yang ideal untuk pemeliharaan ikan kerapu adalah diatas 5 ppm.
- Biological Ocxygen Demand (BOD), yang mana parameter ini menunjukan aktivitas biologi yang ada dalam suatu perairan. Batas ideal BOD untuk pemeliharaan ikan kerapu macan adalah tidak melebih 5 ppm selama 5 hari.
- Amoniak (NH3), Kandungan amoniak tinggi biasanya terdapat pada perairan yang tercemar dengan bahan-bahan organik. Untuk pemeliharaan ikan kerapu, kandungan amoniak di perairan tempat pemeliharaan tidak boleh lebih dari 1,0 ppm.
3. Faktor Biologi, yang meliputi :
- Predator, dalam menentukan lokasi juga harus diperhatikan keberadaan hewan-hewan predator, sebab hal ini juga akan mengganggu tingkat keberhasilan dalam melakukan usaha pemeliharaan ikan kerapu. Adapun hewan-hewan predator yang harus menjadi perhatian disini diantaranya adalah hewan-hewan laut buas, seperti anjing laut, ikan-ikan besar, ikan buntal, dan juga hewan-hewan darat seperti burung.
- Total koloni bakteri, parameter ini biasanya terjadi pada perairan yang tercemar bahan organik. Total koloni bakteri untuk budidaya ikan kerapu tidak boleh melebihi 3.000 sel / m3.
Persyaratan lokasi tidak hanya terbatas pada faktor-faktor yang berkaitan
dengan kelayakan teknis budidaya melainkan juga faktor kebijaksanaan
pemanfaatannya dalam kaitan dengan kepentingan lintas sektor. Dalam kaitan
dengan hal tersebut, Departemen Pertanian telah mengeluarkan Petunjuk
Pelaksanaan Pengembangan Budidaya Laut (SK. Mentan No.473/Kpts./Um/7/ 1982).
Agar pemilihan lokasi dapat memenuhi persyarataan teknis sekaligus terhindar
dari kemungkinan pengaruh penurunan daya dukung lingkungan akibat pemanfaatan
perairan di sekitarnya oleh kegiatan lain. maka lokasi yang dipilih adalah yang
memenuhi kriteria, sebagai berikut:
1.
Perairan
terlindung dari ombak dan angin yang besar
2.
Pergerakan
air/arus 20-40 cm/detik
3.
Lokasi
mudah di jangkau
4.
Mendapatkan
izin dari instansi terkait (Desa, Dinas Perikanan)
5.
Penenmpatan
lokasi budidaya sesuai dengan tata ruang dan jumlahnya dikontrol oleh
pemerintah daerah
6.
Bebas
dari pencemaran terutama pencemaran logm berat
7.
Dekat
dengan sumber pakan
8.
Kecerahan
air lebih dari 5 meter
9.
Kecepatan
arus berkisar 0,1 m – 0,3 m/detik
10. Kedalaman aair untuk KJA minimal memiliki jarak 1 m
antara dasar jaring dan dasar laut.
11. Lokasi mempunyai topografi yang landai dengan dasar
berpasir atau berlumpur berpasir
12. Kadar garam berada oada kisaran 27 ‰ – 33 ‰, denga fluktuatif
minimal 3 ‰
13. pH pada kisaran lebih dari 7
14. Kisaran suhu 270c -300c, dengan fluktuatif minimal 30c
15. Konsentrasi okesigen terlarut ≤ 5 ppm
16. Perbedaan pasang naik dan pasang surut sebaiknya 100 -200
cm
17. Penempatan karamba tidak mengganggu alur pelayaran
BAB III. KESIMPULAN
Adapun yang menjadi kesimpulan pada penyusunan makalah
ini adalah sebagai berikut :
1.
Komponen
KJA yang berkualitas baik akan menghasilkan konstruksi KJA yang baik pula.
2.
Pemilihan
lokasi yang sesuai dengan lingkungan kebutuhan organisme yang dibudidayakan dapat
menghasilkan hasil produksi optimal.
3.
Selain
faktor teknis, faktor tata letak juga perlu diperhatikan agar kelangsungan
usaha pembesaran ikan di KJA dapat berjalan lancar.
DAFTAR
PUSTAKA
Effendi, I.
2002. Pengantar Akuakultur. Penebar Swadaya : Jakarta.
Sutarman, T dan Hanafi, A. 2008. Pembesaran Ikan Kerapu
Bebek Dalam Keramba Jaring Apung di Teluk Pegametan Gerokgak, Bali. BBRPBP
Gondol : Bali
Subyakto, S. dan S. Cahyaningsih. 2003. Pembenihan Kerapu
Skala Rumah Tangga. PT Agromedia Pustaka, Depok. Direktorat Bina
Pembenihan, Direktorat Jendral
Perikanan, Departemen
Tim Perikanan WWF Indonesia, 2011. Budidaya Ikan Kerapu-
Sistem Karamba Jaring Apung
Tidak ada komentar:
Posting Komentar