Rabu, 02 Juli 2014

tugas manajemen tata lingkungan



Tugas
MANAJEMEN TATA LINGKUNGAN
AKUAKULTUR




Oleh :
LAODE TANDA
(I1A210127)






FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2014



BAB I. PENDAHULUAN

A.      Latar Belakang

Biota air membutuhkan lingkungan yang nyaman agar dapat hidup sehat dan tumbuh optimal. Bila lingkungan tersebut tidak memenuhi syarat, biota air dapat mengalami stres, mudah terserang penyakit yang akhirnya akan menyebabkan kematian. Untuk itu pertimbangan atau faktor-faktor yang mempengaruhi lingkungan perairan adalah penting untuk diperhatikan karena kualitas tanah dan air sangat mempengaruhi semua jenis organisme yang hidup di air.
Wadah budi daya ikan yang dapat digunakan oleh masyarakat yang tidak memiliki lahan darat dalam bentuk kolam, masyarakat dapat melakukan budi daya ikan di perairan umum. Budi daya ikan dengan menggunakan karamba merupakan alternatif wadah budi daya ikan yang sangat potensial untuk dikembangkan karena seperti diketahui wilayah Indonesia ini terdiri dari 70% perairan baik air tawar maupun air laut. Dengan menggunakan wadah budi daya karamba dapat diterapkan beberapa sistem budi daya ikan yaitu secara ekstensif, semi intensif maupun intensif disesuaikan dengan kemampuan para pembudidaya ikan. Jenis-jenis wadah yang dapat digunakan dalam membudidayakan ikan dengan karamba ada beberapa antara lain karamba jaring terapung, karamba bambu tradisional dengan berbagai bentuk bergantung pada kebiasaan masyarakat sekitar. Teknologi yang digunakan dalam membudidayakan ikan dengan karamba ini relatif tidak mahal dan sederhana, tidak memerlukan lahan daratan menjadi badan air yang baru serta dapat meningkatkan produksi perikanan budi daya (Wibawa, 2010).
Menurut Effendi (2002), “Keramba Jaring Apung adalah system budidaya dalam wadah berupa jaring yang mengapung (floating net cage) dengan bantuan pelampung dan ditempatkan di perairan seperti waduk, laguna, selat dan teluk”
Salah satu jenis ikan ekonomis penting yang telah dapat dibudidayakan dalam keramba jaring apung (KJA) adalah ikan Ikan kerapu macan (Epinephelus fuscoguttatus). Permintaan pasar dalam keadaan hidup terhadap spesies ini baik di dalam maupun di luar negeri sangat tinggi. Budidaya kerapu macan memiliki prospek masa depan yang cukup baik, karena beberapa alasan : (a) Teknologi pembenihan massal telah dikuasai, (b) Harganya tinggi, (c) Teknologi pendederan dan KJA laut telah dikuasai, (d) Tersedianya pakan berupa ikan rucah atau pakan buatan (crumble dan pellet), (e) Banyak pihak yang berminat untuk mengembangkan budidaya laut khususnya kerapu macan, baik dari pihak swasta ataupun pemerintah.
Namun harus diakui bahwa terdapat beberapa kendala yang harus dikaji dan diperhitungkan agar upaya pengembangan ikan kerapu bebek dapat berjalan lancar. Salah satu contohnya adalah kegiatan pembesaran ikan kerapu bebek di dalam KJA-laut. Beberapa aspek perlu dipertimbangkan agar proses pembesaran ikan kerapu bebek di KJA dapat berjalan lancar. Beberapa aspek tersebut diantaranya adalah pemilihan lokasi yang memenuhi persyaratan teknis (kelayakan dan daya dukung lahan) serta penataan ruang sangat penting untuk usaha budidaya yang berkelanjutan (sustainable aquaculture).
B.     Tujuan
Adapun yang menjadi tujuan dari penyusunan makalah ini adalah agar mahasiswa dapat mengetahui bagaimana perlakuan dalam melakukan manajemen tata lingkungan budidaya ikan Kerapu di KJA yang sesuai dengan kebutuhan biologisnya serta persyaratan lokasi penempatan media budidaya.








BAB II. PEMBAHASAN
A.    Pembuatan Karamba Jaring Apung
1.      Pembuatan Rakit Terapung
Untuk membuat keramba jaring apung (KJA) langkah pertama adalah membuat rakit terapung. Pembuatan rakit ini dilakukan di perairan pantai agar mudah dalam pembuatan dan pemindahan ke lokasi budidaya. Rakit dapat dibuat dari bambu atau kayu. Penggunaan bahan dari kayu akan lebih tahan lama dan biasanya digunakan untuk skala yang lebih besar. Rakit ini terdiri dari beberapa unit dan dilengkapi dengan lantai dan rumah jaga.
2.      Pembuatan Keramba
Ukuran keramba sebaiknya 3x3x3 meter. Bahan yang digunakan adalah jaring poilietelin No.380 D/9 dan 380 D/13 berukuran mata jaring (mesh size) 1 inci dan 2 inci. Untuk membuat sebuah keramba dengan ukuran tertentu, ukuran pemotongan ditambah 30% dari ukuran yang dikehendaki. Untuk panjang jaring 3 meter ditambah 30% (110 m2), maka panjang pemotongan jaring 410 meter.
3.      Pemasangan Keramba pada Rakit
Keramba yang sudah siap, segera dipasang pada rakit dengan mengikatkan sudut-sudut keramba ke sudut-sudut bingkai rakit. Disetiap sudut keramba dipasang pemberat dan tali pemberat. Untuk pemberat, dapat digunakan timah atau adukan semen + pasir dengan bobot 3 - 4 kg per buah, sedang untuk tali pemberat, digunakan tali berdiameter 1 cm dengan panjang 4 m. Cara memasang pemberat : tali pemberat diikatkan pada pemberat, ujung yang lain diikatkan sementara pada bingkai di sudut-sudut keramba. Ujung tali diikat pemberat dibelitkan pada sudut bawah keramba. Pemberat diturunkan ke perairan sampai keramba menjadi tegang, kemudian tali pemberat ditarik ke atas, 10 cm dan ujung tali pemberat diikat kembali pada bingkai rakit di sudut keramba dengan demikian yang tegang adalah tali pemberat, bukan keramba.
Gambar 1. Keramba Jaring Apung
B. Organisme Budidaya
1.      Klasifikasi dan Morfologi Ikan Kerapu Macan
Ikan Kerapu Macan (Epinephelus fuscoguttatus) adalah salah satu jenis ikan kerapu yang umumnya dikenal dengan istilah "groupers" dan merupakan salah satu komoditas perikanan yang mempunyai peluang baik dipasar domestik maupun pasar internasional dan selain itu nilai jualnya cukup tinggi. Ikan Kerapu mempunyai sifat-sifat yang menguntungkan untuk dibudidayakan karena pertumbuhannya cepat dan dapat diproduksi massal untuk melayani permintaan pasar ikan kerapu dalam keadaan hidup. Berkembangnya pasar ikan kerapu hidup karena adanya perubahan selera konsumen dari ikan mati atau beku kepada ikan dalam keadaan hidup, telah mendorong masyarakat untuk memenuhi permintaan pasar ikan kerapu melalui usaha budidaya.


Adapun klasifikasi ikan kerapu Macan menurut Randall (1987) dalam Subyakto dan Cahyaningsih (2003) adalah :
Class : Osteichtyes
Sub class : Actinopterigi
Ordo : Percomorphi
Divisi : Perciformes
Famili : Serranidae
Genus : Epinephelus
Species : Epinephelus fuscoguttatus
Gambar 1. Morfologi Ikan Kerapu Macan
Subyakto dan Cahyaningsih (2003) menjelaskan bahwa ikan kerapu macan bentuk tubuhnya memanjang dan gepeng (compressed), tetapi kadang-kadang ada juga yang agak bulat. Mulutnya lebar serong ke atas dan bibir bawahnya menonjol ke atas. Rahang bawah dan atas dilengkapi gigi-gigi geratan yang berderet dua baris, ujungnya lancip dan kuat. Sementara itu, ujung luar bagian depan dari gigi baris luar adalah gigi-gigi yang besar. Badan kerapu macan ditutupi oleh sisik kecil yang mengkilap dan bercak loreng mirip bulu macan (Subyakto dan Cahyaningsih, 2003).
2.      Habitat dan Penyebaran Ikan Kerapu Macan
Habitat benih ikan kerapu macan adalah pantai yang banyak ditumbuhi algae jenis reticulata dan Gracilaria sp, setelah dewasa hidup di perairan yang lebih dalam dan berkarang, sehingga disebut ikan karang. Ikan kerapu macan termasuk jenis karnivora dan cara makannya "mencaplok" satu persatu makan yang diberikan sebelum makanan sampai ke dasar. Pakan yang paling disukai jenis krustaceae (rebon, dogol dan krosok), selain itu jenis ikan-ikan (tembang, teri dan belanak).
3.  Penempatan Lokasi Media Budidaya
a.  Lokasi Penempatan KJA
Penempatan Keramba jaring apung harus disesuaikan dengan lingkungan sebagai kebiasaan hidup organisme budidaya dalam hal ini ikan kerapu macan serta daerah yang terlindung dari gelombang besar. Seperti  halnya habitat ikan kerapu macan yaitu jenis dasar perairan terumbu karang, pasir dan lumpur terutama bagian dalam. Kalau penempatan KJA yaitu pada daerah sand dune (bukit pasir) yang terdapat di bagian luar teluk dan sebagian dalam teluk yang merupakan pelindung sebagian areal teluk dari gelombang besar. Dengan adanya sand dune ini yang telah ditumbuhi beberapa pohon bakau menyebabkan terdapatnya areal teluk yang relative terlindung dari ombak. Pelebaran sand dune terdapat areal-areal yang sangat dangkal pada saat surut terendah tetapi masih tergenang. Pada umumnya dasar perairan memiliki substrat pasir atau berpasir.
Dalam mengembangkan budidaya di keramba jaring apung, melakukan pemilihan lokasi yang bebas dari bahan-bahan pencemar, terlindung dari pengaruh angin, arus, gelombang besar dan sirkulasi air akibat pasang surut tidak begitu kuat, kedalaman perairan berkisar antara 5-15 m, terhindar dari penempelan organisme air, fluktuasi salinitas tidak terlalu besar, arus air yang optimum yaitu antara 20-50 cm/s dan penempatan jaring tegak lurus dengan arah arus.
b. Pemilihan Lokasi
Tidak semua perairan pantai dapat dijadikan tempat usaha budidaya ikan kerapu. Hal ini dikarenakan adanya faktor-faktor yang harus dipenuhi sebelum usaha budidaya ikan kerapu tersebut dimulai.

·         Faktor Resiko
Faktor resiko sangat ditakuti oleh para pembudidaya ikan kerapu, karena faktor ini dapat menjadi kegagalan total dalam usaha budidaya ikan kerapu. Namun demikian perhitungan dan pertimbangan secara cermat atas faktor ini akan dapat membawa keberhasilan operasional budidaya. Adapun yang termasuk ke dalam faktor resiko ini adalah :
  1. Pencemaraan
Lokasi hendaknya terhindar atau jauh dari sumber pencemar, seperti limbah rumah tangga, pertanian dan industri. Limbah rumah tangga dapat berupa buangan detergen, berbagai zat racun (pesticida atau insektisida) dan bahan padat seperti kaleng, plastik dan lain-lain yang dapat menyebabkan berbagai gangguan pada ikan kerapu yang kita pelihara. Kemudian limbah dari pertanian misalnya herbisida, insektisida dan kotoran hewan. Sedangkan dari limbah industri dapat berupa minyak, logam-logam berat dan limbah industri lainnya yang bersipat racun.
  1. Manusia
Faktor yang berhubungan dengan manusia ini adalah keamanan, yang mana kalau suatu lokasi tempat usaha budidaya tidak aman, maka para investor akan lari atau tidak mau menanamkan modalnya untuk usaha ini. Masalah yang sering terjadi dalam hal ini adalah pencurian dan sabotase yang dilakukan oleh manusia-manusia yang tidak bertanggung jawab. Tetapi dengan pendekatan sosial-kultural yang baik biasanya masalah ini dapat diatasi atau dihindari.
  1. Konflik penggunaan lahan
Dalam menentukan lokasi tempat usaha budidaya ikan kerapu, lahan tempat usaha haruslah berbas dari konflik atau masalah penggunaan lahan, dimana lokasi haruslah bebas dari jalur lalu lintas kapal, dan juga haruslah memperhatikan perkembangan kota atau daerah (dalam arti kata sesuai dengan pola tata ruang yang telah disusun oleh pem erintah).

  1. Gangguan alam (badai dan gelombang besar)
Badai dan gelombang besar akan merusak kontruksi keramba. Disamping itu badai dan gelombang yang terus menerus juga mengakibatkan akan terjadinya pengadukan dasar perairan, sehingga menyebabkan zat-zat organic dan anorganik yang mengendap didasarkan perairan akan naik keatas, dan ini tertentunya akan menimbulkan dampak buruk terhadap perairan tersebut seperti menurunnya (buruknya) kualitas air. Semuanya ini tentunya akan menyebabkan ikan menjadi stress dan selera makannya berkurang, sehingga dapat menurunkan produksi yang dapat dipanen nantinya. Tinggi gelombang tidak lebih dari 0,5 meter.
  1. Pasang surut
Kondisi pasang surut yang terlalu besar juga akan menyebabkan terjadinya gangguan terhadap kehidupan ikan kerapu yang dibudidayakan. Hal ini terjadi terutama pada lokasi perairan yang dekat dengan sumber air tawar (misalnya didepan muara sungai), yang mana pada waktu surut, air tawar akan terbawa jauh ketengah laut, sehingga kondisi ini menyebabkan turunnya kualitas air, terutama menurunnya salinitas dengan drastis dan pH (derajat keasaman). Lokasi seperti itu kurang baik untuk dijadikan tempat usaha budidaya ikan kerapu macan, karena fluktuasi salinitasnya sangat besar sekali, sehingga mempengaruhi nafsu makan, ikan menjadi stress dan pertumbuhannya terganggu dan bahkan dapat menyebabkan kematian pada ikan kerapu macan peliharaan.
·         Faktor Kemudahan
Disamping faktor di atas, kemudahan dalam penyediaan sarana dan prasarana yang diperlukan untuk usaha budidaya ikan kerapu juga harus kita perhatikan, diantaranya :
  1. Sarana dan prasarana transportasi
Lokasi untuk usaha budidaya ikan kerapu ini haruslah memiliki transportasi yang lancar, sebab sarana dan prasarana transportasi yang minim akan mengakibatkan membesarnya biaya produksi, sehingga akan mengakibatkan harga jual menjadi tinggi, dan akibatnya tidak mampu bersaing di pasaran. Disamping itu dengan minimnya sarana dan prasarana tranportasi juga akan mengakibatkan sulitnya dalam memasarkan hasil panen nantinya. Jadi dengan terjamin sarana dan prasarana transportasi maka akan memudahkan dalam mendapatkan saprodi (sarana produksi) seperti benih dan pakan.
  1. Ketersediaan benih
Lokasi yang akan dijadikan tempat usaha budidaya ikan kerapu juga harus memperhatikan mudah atau tidaknya mendapatkan benih, sebab ketersediaan benih yang berkualitas baik dan kontinyu juga merupakan faktor mutlak dalam menentukan keberhasilan suatu usaha budidaya ikan kerapu.
  1. Ketersediaan pakan
Daerah yang dekat dengan sumber pakan merupakan lokasi yang diharapkan, karena pakan merupakan kunci keberhasilan dalam budidaya ikan kerapu. Apabila lokasi suatu usaha budidaya ikan kerapu jauh dari sumber pakan, maka ketersediaan pakan yang berkualitas baik dan kontinyu sukar didapatkan, sehingga hal ini mengakibatkan biaya produksi juga meningkat, dan akhirnya keuntungan yang diperoleh akan lebih kecil atau rendah.
  1. Pemasaran
Yang mana lokasi usaha haruslah daerah yang mudah untuk memasarkan hasil panen, dan ini tentunya juga tidak lepas dari sarana dan prasarana transportasi ke lokasi usaha.
·         Faktor Hidrologi
     1. Faktor Fisika, yang meliputi :
  • Suhu atau temperatur perairan, yaitu 27 ~ 32 oC, dengan fluktuasi harian kecil dari 5 oC.
  • Kedalaman perairan, minimal 5 meter (3 m tinggi jaring keramba, 2 m jarak antara dasar jaring dengan dasar perairan ).
  • Kecerahan, perairan harus jernih yaitu minimal kecerahannya 5 meter.
  • Kecepatan arus, yaitu idealnya 15 ~ 30 cm / det.
  • Dasar perairan. khusus untuk ikan kerapu macan, dasar perairan haruslah berkarang atau berpasir.
      2. Faktor Kimia, yang meliputi :
  • Salinitas (kadar garam), yaitu 30 ~ 33 o/oo. Lokasi yang dekat dengan muara sungai tidak dianjurkan untuk lokasi pemeliharaan ikan ker apu macan, karena pada daerah seperti itu fluktuasi salinitasnya sangat besar sekali sehingga dapat mempengaruhi nafsu makan dan pertumbuhan ikan kerapu.
  • Derajat keasaman (pH), Kondisi perairan dengan pH netral sampai sedikit basa sangat ideal untuk kehidupan ikan kerapu macan. Suatu perairan yang ber-pH rendah dapat mengakibatkan aktivitas pertumbuhan menurun atau ikan menjadi lemah serta lebih mudah terserang penyakit sehingga mengakibatkan tingginya angka kematian (mortalitas). PH perairan yang baik untuk ikan kerapu macan adalah 8,0 ~ 8,2.
  • Oksigen terlarut, Ketersediaan oksigen terlar ut dalam perairan sangat dibutuhkan oleh ikan kerapu yang dipelihara untuk hidup. Rendahnya konsentrasi oksigen dalam perairan akan meyebabkan kurangnya nafus makan dan rendahnya pertumbuhan ikan kera pu yang kita pelihara dan bahkan dapat menyebabkan kematian. Kandungan oksigen teralarut yang ideal untuk pemeliharaan ikan kerapu adalah diatas 5 ppm.
  • Biological Ocxygen Demand (BOD), yang mana parameter ini menunjukan aktivitas biologi yang ada dalam suatu perairan. Batas ideal BOD untuk pemeliharaan ikan kerapu macan adalah tidak melebih 5 ppm selama 5 hari.
  • Amoniak (NH3), Kandungan amoniak tinggi biasanya terdapat pada perairan yang tercemar dengan bahan-bahan organik. Untuk pemeliharaan ikan kerapu, kandungan amoniak di perairan tempat pemeliharaan tidak boleh lebih dari 1,0 ppm.
     3. Faktor Biologi, yang meliputi :
  • Predator, dalam menentukan lokasi juga harus diperhatikan keberadaan hewan-hewan predator, sebab hal ini juga akan mengganggu tingkat keberhasilan dalam melakukan usaha pemeliharaan ikan kerapu. Adapun hewan-hewan predator yang harus menjadi perhatian disini diantaranya adalah hewan-hewan laut buas, seperti anjing laut, ikan-ikan besar, ikan buntal, dan juga hewan-hewan darat seperti burung.
  • Total koloni bakteri, parameter ini biasanya terjadi pada perairan yang tercemar bahan organik. Total koloni bakteri untuk budidaya ikan kerapu tidak boleh melebihi 3.000 sel / m3.
Persyaratan lokasi tidak hanya terbatas pada faktor-faktor yang berkaitan dengan kelayakan teknis budidaya melainkan juga faktor kebijaksanaan pemanfaatannya dalam kaitan dengan kepentingan lintas sektor. Dalam kaitan dengan hal tersebut, Departemen Pertanian telah mengeluarkan Petunjuk Pelaksanaan Pengembangan Budidaya Laut (SK. Mentan No.473/Kpts./Um/7/ 1982). Agar pemilihan lokasi dapat memenuhi persyarataan teknis sekaligus terhindar dari kemungkinan pengaruh penurunan daya dukung lingkungan akibat pemanfaatan perairan di sekitarnya oleh kegiatan lain. maka lokasi yang dipilih adalah yang memenuhi kriteria, sebagai berikut:
1.      Perairan terlindung dari ombak dan angin yang besar
2.      Pergerakan air/arus 20-40 cm/detik
3.      Lokasi mudah di jangkau
4.      Mendapatkan izin dari instansi terkait (Desa, Dinas Perikanan)
5.      Penenmpatan lokasi budidaya sesuai dengan tata ruang dan jumlahnya dikontrol oleh pemerintah daerah
6.      Bebas dari pencemaran terutama pencemaran logm berat
7.      Dekat dengan sumber pakan
8.      Kecerahan air lebih dari 5 meter
9.      Kecepatan arus berkisar 0,1 m – 0,3 m/detik
10.  Kedalaman aair untuk KJA minimal memiliki jarak 1 m antara dasar jaring dan dasar laut.
11.  Lokasi mempunyai topografi yang landai dengan dasar berpasir atau berlumpur berpasir
12.  Kadar garam berada oada kisaran 27 ‰ – 33 ‰, denga fluktuatif minimal 3 ‰
13.  pH pada kisaran lebih dari 7
14.  Kisaran suhu 270c -300c, dengan fluktuatif minimal 30c
15.  Konsentrasi okesigen terlarut ≤ 5 ppm
16.  Perbedaan pasang naik dan pasang surut sebaiknya 100 -200 cm
17.  Penempatan karamba tidak mengganggu alur pelayaran






















BAB III. KESIMPULAN
Adapun yang menjadi kesimpulan pada penyusunan makalah ini adalah sebagai berikut :
1.      Komponen KJA yang berkualitas baik akan menghasilkan konstruksi KJA yang baik pula.
2.      Pemilihan lokasi yang sesuai dengan lingkungan kebutuhan organisme yang dibudidayakan dapat menghasilkan hasil produksi optimal.
3.      Selain faktor teknis, faktor tata letak juga perlu diperhatikan agar kelangsungan usaha pembesaran ikan di KJA dapat berjalan lancar.
















DAFTAR PUSTAKA
Effendi, I. 2002. Pengantar Akuakultur. Penebar Swadaya : Jakarta.
Sutarman, T dan Hanafi, A. 2008. Pembesaran Ikan Kerapu Bebek Dalam Keramba Jaring Apung di Teluk Pegametan Gerokgak, Bali. BBRPBP Gondol : Bali
Subyakto, S. dan S. Cahyaningsih. 2003. Pembenihan Kerapu Skala Rumah Tangga. PT Agromedia Pustaka, Depok. Direktorat Bina Pembenihan,        Direktorat Jendral Perikanan, Departemen
Tim Perikanan WWF Indonesia, 2011. Budidaya Ikan Kerapu- Sistem Karamba Jaring Apung


Tidak ada komentar:

Posting Komentar