BUDIDAYA IKAN KERAPU, (Epinephelus fuscogutatus)
DALAM KERAMBA JARING APUNG
I. PENDAHULUAN
Bila dibandingkan dengan budidaya ikan air
tawar, budidaya ikan laut dalam hal ini budidaya ikan kerapu (Epinephelus
fuscogutattus) saat sekarang prospeknya sangat baik, karena komoditi ini
merupakan komuditi ekspor dengan tujuan ekspor utamanya adalah Hongkong.
Agriculture and Fisheries Department (AFD) Hongkong, memperkirakan bahwa
konsumsi ikan kerapu hidup di Hongkong antara 5.000 ~ 6.000 mt / tahun. Dari
lima negara pemasok ikan kerapu hidup ke Hongkong, Indonesia memegang bangsa
pasar nomor dua (20 % pangsa pasar) setelah Thailand. Sekarang ini harga
pasaran ikan kerapu macan hidup ditingkat produsen sekitar Rp 150.000 ~ Rp
350.000,-/kg.
Bila potensi dan peluang pasar yang ada ini
dimanfaatkan secara optimal dan benar, niscaya akan dapat meningkatkan
pendapatan nelayan khususnya dan pendapatan daerah umumnya. Disamping itu
dengan kondisi ekonomi sekarang ini, dimana naiknya harga Bahan Bakar Minyak
(BBM) yang menyebabkan semakin meningkatnya biaya produksi dalam penangkapan
dan semakin berkurangnya hasil tangkapan nelayan, semuanya ini mengakibatkan
hasil pendapatan nelayan sangat rendah sekali bahkan hasil tangkapan tidak
dapat menutupi biaya operasi yang telah digunakan. Akhir semuanya ini tentunya
menyebabkan para nelayan akan semakin terpuruk dalam jurang kemiskinan.
Dengan adanya potensi sumberdaya alam (budidaya
laut) yang cukup besar ini, merupakan peluang besar bagi masyarakat dalam
melakukan diversifikasi usaha, diantaranya adalah usaha budidaya ikan kerapu
Macan (Epinephelus fuscogu-tattus) dalam Karamba Jaring Apung. Dengan
kata lain, usaha ini dapat dijadikan sebagai mata pencaharian alternatif yang
sangat menguntungkan.
Keberhasilan usaha budidaya ikan kerapu Macan
dengan menggunakan Karamba Jaring Apung (KJA), sangat tergantung kepada
penguasaan teknologi yang menyeluruh mengenai budidaya ikan kerapu tersebut,
sehingga hal ini merupakan kunci dari keberhasilan usaha itu sendiri. Disamping
masalah teknis yang tidak kalah pentingnya adalah masalah social ekonomis,
seperti keamanan dan pemasaran.
II. PEMILIHAN LOKASI
Tidak semua perairan pantai dapat dijadikan
tempat usaha budidaya ikan kerapu. Hal ini dikarenakan adanya faktor-faktor
yang harus dipenuhi sebelum usaha budidaya ikan kerapu tersebut dimulai.
2.1. Faktor Resiko
Faktor resiko sangat ditakuti oleh para pembudidaya ikan kerapu,
karena faktor ini dapat menjadi kegagalan total dalam usaha budidaya ikan
kerapu. Namun demikian perhitungan dan pertimbangan secara cermat atas faktor
ini akan dapat membawa keberhasilan operasional budidaya. Adapun yang termasuk
ke dalam faktor resiko ini adalah :
- Pencemaraan. Lokasi hendaknya terhindar atau jauh dari sumber
pencemar, seperti limbah rumah tangga, pertanian dan industri. Limbah
rumah tangga dapat berupa buangan detergen, berbagai zat racun (pesticida
atau insektisida) dan bahan padat seperti kaleng, plastik dan lain-lain
yang dapat menyebabkan berbagai gangguan pada ikan kerapu yang kita
pelihara. Kemudian limbah dari pertanian misalnya herbisida, insektisida
dan kotoran hewan. Sedangkan dari limbah industri dapat berupa minyak,
logam-logam berat dan limbah industri lainnya yang bersipat racun.
- Manusia. Faktor yang berhubungan dengan manusia ini adalah keamanan,
yang mana kalau suatu lokasi tempat usaha budidaya tidak aman, maka para
investor akan
lari atau tidak mau menanamkan modalnya untuk
usaha ini. Masalah yang sering terjadi dalam hal ini adalah pencurian dan
sabotase yang dilakukan oleh manusia-manusia yang tidak bertanggung jawab.
Tetapi dengan pendekatan sosial-kultural yang baik biasanya masalah ini
dapat diatasi atau dihindari.
- Konflik penggunaan lahan. Dalam menentukan lokasi tempat usaha budidaya
ikan kerapu, lahan tempat usaha haruslah berbas dari konflik atau masalah
penggunaan lahan, dimana lokasi haruslah bebas dari jalur lalu lintas
kapal, dan juga haruslah memperhatikan perkembangan kota atau daerah
(dalam arti kata sesuai dengan pola tata ruang yang telah disusun oleh pem erintah).
- Gangguan alam (badai dan gelombang besar). Badai dan
gelombang besar akan merusak kontruksi keramba. Disamping itu badai dan
gelombang yang terus menerus juga mengakibatkan akan terjadinya pengadukan
dasar perairan, sehingga menyebabkan zat-zat organic dan anorganik yang
mengendap didasarkan perairan akan naik keatas, dan ini tertentunya akan
menimbulkan dampak buruk terhadap perairan tersebut seperti menurunnya
(buruknya) kualitas air. Semuanya ini tentunya akan menyebabkan ikan
menjadi stress dan selera makannya berkurang, sehingga dapat
menurunkan produksi yang dapat dipanen nantinya. Tinggi gelombang tidak
lebih dari 0,5 meter.
- Pasang surut. Kondisi pasang surut yang terlalu besar
juga akan menyebabkan terjadinya gangguan terhadap kehidupan ikan kerapu
yang dibudidayakan. Hal ini terjadi terutama pada lokasi perairan yang
dekat dengan sumber air tawar (misalnya didepan muara sungai), yang mana
pada waktu surut, air tawar akan terbawa jauh ketengah laut, sehingga
kondisi ini menyebabkan turunnya kualitas air, terutama menurunnya
salinitas dengan drastis dan pH (derajat keasaman). Lokasi seperti itu
kurang baik untuk dijadikan tempat usaha budidaya ikan kerapu macan,
karena fluktuasi salinitasnya sangat besar sekali, sehingga mempengaruhi
nafsu makan, ikan menjadi stress dan pertumbuhannya terganggu dan bahkan
dapat menyebabkan kematian pada ikan kerapu macan peliharaan.
2.2. Faktor Kemudahan
Disamping faktor di atas, kemudahan dalam
penyediaan sarana dan prasarana yang diperlukan untuk usaha budidaya ikan
kerapu juga harus kita perhatikan, diantaranya :
- Sarana dan prasarana transportasi. Lokasi untuk usaha
budidaya ikan kerapu ini haruslah memiliki transportasi yang lancar, sebab
sarana dan prasarana
transportasi yang minim akan mengakibatkan
membesarnya biaya produksi, sehingga akan mengakibatkan harga jual menjadi
tinggi, dan akibatnya tidak mampu bersaing di pasaran. Disamping itu
dengan minimnya sarana dan prasarana tranportasi juga akan mengakibatkan
sulitnya dalam memasarkan hasil panen nantinya. Jadi dengan terjamin
sarana dan prasarana transportasi maka akan memudahkan dalam mendapatkan
saprodi (sarana produksi) seperti benih dan pakan.
- Ketersediaan benih. Lokasi yang akan dijadikan tempat usaha
budidaya ikan kerapu juga harus memperhatikan mudah atau tidaknya
mendapatkan benih, sebab ketersediaan benih yang berkualitas baik dan
kontinyu juga merupakan faktor mutlak dalam menentukan keberhasilan suatu
usaha budidaya ikan kerapu.
- Ketersediaan pakan. Daerah yang dekat dengan sumber pakan
merupakan lokasi yang diharapkan, karena pakan merupakan kunci
keberhasilan dalam budidaya ikan kerapu. Apabila lokasi suatu usaha
budidaya ikan kerapu jauh dari sumber pakan, maka ketersediaan pakan yang
berkualitas baik dan kontinyu sukar didapatkan, sehingga hal ini
mengakibatkan biaya produksi juga meningkat, dan akhirnya keuntungan yang
diperoleh akan lebih kecil atau rendah.
- Pemasaran, yang mana lokasi usaha haruslah daerah
yang mudah untuk memasarkan hasil panen, dan ini tentunya juga tidak lepas
dari sarana dan prasarana transportasi ke lokasi usaha.
2.3.
Faktor Hidrologi
a).
Faktor Fisika, yang meliputi :
- Suhu atau temperatur perairan, yaitu 27 ~ 32 oC,
dengan fluktuasi harian kecil dari 5 oC.
- Kedalaman perairan, minimal 5 meter (3 m tinggi jaring keramba, 2 m jarak antara dasar jaring dengan
dasar perairan ).
- Kecerahan, perairan harus jernih yaitu minimal kecerahannya 5 meter.
- Kecepatan arus, yaitu idealnya 15 ~ 30 cm / det.
- Dasar perairan. khusus untuk ikan kerapu macan, dasar
perairan haruslah berkarang atau berpasir.
b).
Faktor Kimia, yang meliputi :
- Salinitas (kadar garam), yaitu 30 ~ 33 o/oo.
Lokasi yang dekat dengan muara sungai tidak dianjurkan untuk lokasi
pemeliharaan ikan ker
apu macan, karena pada daerah seperti itu
fluktuasi salinitasnya sangat besar sekali sehingga dapat mempengaruhi
nafsu makan dan pertumbuhan ikan kerapu.
- Derajat keasaman (pH), Kondisi perairan dengan pH netral sampai sedikit
basa sangat ideal untuk kehidupan ikan kerapu macan. Suatu perairan yang
ber-pH rendah dapat mengakibatkan aktivitas pertumbuhan menurun atau ikan
menjadi lemah s
er ta lebih
mudah terserang penyakit sehingga mengakibatkan tingginya angka kematian (mortalitas).
PH perairan yang baik untuk ikan kerapu macan adalah 8,0 ~ 8,2.
- Oksigen terlarut, Ketersediaan oksigen terlar ut
dalam perairan sangat dibutuhkan oleh ikan kerapu yang dipelihara untuk
hidup. Rendahnya konsentrasi oksigen dalam perairan akan meyebabkan
kurangnya nafus makan dan rendahnya pertumbuhan ikan kera pu yang kita pelihara dan bahkan dapat menyebabkan
kematian. Kandungan oksigen teralarut yang ideal untuk pemeliharaan ikan
kerapu adalah diatas 5 ppm.
- Biological Ocxygen Demand (BOD), yang mana
parameter ini menunjukan aktivitas biologi yang ada dalam suatu perairan.
Batas ideal BOD untuk pemeliharaan ikan kerapu macan adalah tidak melebih
5 ppm selama 5 hari.
- Amoniak (NH3), Kandungan amoniak tinggi biasanya terdapat pada
perairan yang tercemar dengan bahan-bahan organik. Untuk pemeliharaan ikan
kerapu, kandungan amoniak di perairan tempat pemeliharaan tidak boleh
lebih dari 1,0 ppm.
c).
Faktor Biologi, yang meliputi :
- Predator, dalam menentukan lokasi juga harus
diperhatikan keberadaan hewan-hewan predator, sebab hal ini juga akan
mengganggu tingkat keberhasilan dalam melakukan usaha pemeliharaan ikan
kerapu. Adapun hewan-hewan predator yang harus menjadi perhatian disini
diantaranya adalah hewan-hewan laut buas, seperti anjing laut, ikan-ikan
besar, ikan buntal, dan juga hewan-hewan darat seperti burung.
- Total koloni bakteri, parameter ini biasanya terjadi pada
perairan yang tercemar bahan organik. Total koloni bakteri untuk budidaya
ikan kerapu tidak boleh melebihi 3.000
sel / m3.
III. PEMBUATAN
KERAMBA JARING APUNG
Untuk membuat Karamba
Jaring Apung (KJA), langkah pertama adalah membuat rakit terapung. Pembuatan
rakit ini dilakukan di pantai yang landai agar mudah dalam pembuatan dan
pemindahan ke lokasi budidaya. Adapun langkah-langkah yang dilakukan dalam
pembuatan satu unit KJA adalah sebagai berikut :
3.1. Kerangka
Kerangka Keramba Jaring
Apung (KJA) dibuat dari kayu rasak dengan ukuran 8 m x 10 m setiap unitnya.
Setiap unit KJA terdiri dari 4 petak (lubang) pemeliharaan dengan ukuran 3 m x
3 m, yaitu 3 petak yang digunakan untuk pemeliharaan dan 1 petak untuk
cadangan. Pada bahagian tengah KJA terdapat juga 2 petak (lubang) dengan ukuran
masing-masingnya 3 m x 1,5 m, yaitu 1 petak untuk rumah jaga dan pelatarannya
serta 1 petak lagi untuk tempat pemeliharaan ikan yang sakit. Adapun bentuk
rakit KJA ikan kerapu macan ini dapat dilihat pada Gambar 1.
3.2. Pelampung
Pelampung berfungsi
untuk mengapungkan kerangka keramba jaring apung. Bahan pelampung yang akan
digunakan adalah drum plastik volume 200 liter yaitu sebanyak 35 buah. Sebelum
digunakan, kedalam drum plampung dimasukan sedikit karbit. Penggunaan karbit
ini bertujuan untuk mengisi udara didalam pelampung, sehingga dengan demikian
daya apungnya akan lebih bagus.
Gambar 1. Kerangka Kontruksi Keramba Jaring Apung Ikan
Kerapu Macan.
Keterangan : 1.
Areal pemeliharaan (waring/jaring),
2. Lantai / papan
pijakan,
3. Drum pelampung,
4. Rumah jaga :
4a. Ruang kamar,
4b. Ruang depan
(teras),
5. Areal pemanenan,
6. Balok kayu 8/12
3.3. Waring / Jaring
Dalam KJA ini ada 3
(tiga) tingkat ukuran mata waring/jaring, yaitu (a) Waring bagan dengan ukuran
mata (mesh size) sekitar 0,5 cm, (b) Jaring polyethylene ukuran mata (mesh
size) 1,0 inchi, dan (c) Jaring polyethylene ukuran mata (mesh size) 1,5 inchi.
Setiap unit KJA mempunyai 6 buah waring bagan (3 buah dipakai dan 3 buah untuk
waring pengganti), 6 buah jaring polyethylene mesh size 1,0 inchi (3 buah dipakai
dan 3 buah untuk jaring pengganti), dan 6 buah jaring polyethylene mesh size
1,5 inchi (3 buah dipakai dan 3 buah untuk jaring pengganti).
3.4. Jangkar
Jangkar berfungsi
sebagai penahan KJA agar tidak hanyut terbawa arus. Jangkar terbuat dari besi
yang mana setiap unit KJA membutuhkan 4 (empat) buah jangkar. Berat
masing-masing jangkar adalah 50 kg.
3.5. Penyangga dan Pemberat
Supaya posisi
waring/jaring simetris seperti kubus, maka pada bahagian luar bawah jaring
dipasang kayu penyangga sebanyak dua buah masing-masing waring/jaring yang
dipasang secara diagonal. Kemudian pada masing-masing ujung kayu penyangga
tersebut diikatkan pemberat yang terbuat dari beton atau batu dengan berat
antara 5 ~ 10 kg/buah. Setiap unit waring / jaring mempunyai 4 buah pemberat.
3.6. Rumah Jaga
Rumah jaga berfungsi
sebagai tempat menyimpan peralatan KJA dan tempat berteduh penjaga dari hujan
dan panas. Rumah jaga berukuran 2,5 m x 2,0 m yang dilengkapi pelataran (teras)
ukuran 2,5 m x 1,25 m, dengan atap terbuat dari seng. Lebih jelasnya dapat
dilihat Gambar 2. Setiap unit KJA mempunyai 1 (satu) buah rumah jaga.
Gambar 2. Kontruksi Rumah Jaga Pada Keramba
Jaring Apung Ikan Kerapu Dilihat dari Samping Kiri dan Kanan.
Gambar 3. Keramba Jaring Apung Ikan Kerapu Siap Pakai
IV. PEMELIHARAAN IKAN KERAPU
4.1. Penebaran Benih
Benih yang datang dari Bali atau Lampung
biasanya berukuran 5 ~ 8 cm. Jumlah benih yang ditebarkan adalah 350 ekor
perpetak waring/jaring. Penebaran sebaiknya dilakukan pada pagi atau sore hari.
Sebelum benih ditebarkan kedalam waring, terlebih dahulu dilakukan aklimatisasi
atau penyesuaian diri, yaitu dengan jalan memasukkan benih bersama kantong yang
masih tertutup ke dalam waring. Setelah suhu air dalam kantong sesuai dengan
suhu air dalam waring, maka dilakukan penebaran benih dengan cara membuka
kantong platik dan kemudian masukkan air laut dari waring sedikit demi sedikit,
dan setalah itu baru kantong plastik tersebut dimiringkan perlahan-lahan kedalam
waring dan biarkan ikan keluar dengan sendirinya.
Pemeliharan benih (gelondongan) di dalam waring
ini dilakukan selama ± 1,5 bulan, yang mana setelah pemeliharaan selama 1,5
bulan tersebut, ikan kerapu telah mencapai ukuran 10 ~ 13 cm dengan berat 50 ~
75 gram/ekor. Selanjutnya ikan kerapu dipelihara dalam kantong jaring mesh size
1,0 inchi yaitu selama ± 3,5 bulan. Selama pemeliharaan 3,5 bulan ini, ikan
kerapu akan berukuran 18 – 22 cm dengan berat 150 – 200 gram/ekor. Setelah itu
ikan kerapu dipelihara dalam kantong jaring mesh size 1,5 inchi, yaitu selama 4
bulan atau sampai panen.
4.2. Pemberian Pakan
Jenis pakan yang diberikan adalah ikan-ikan
kecil seperti ikan bada atau teri. Apabila pakan berasal dari ikan-ikan besar,
maka yang diambil dan diberikan kepada ikan kerapu hanya dagingnya saja. Dalam
pemberian pakan ini, sebaiknya jenis pakan yang diberikan beragam, jadi tidak
hanya berasal dari ikan saja, tetapi dapat juga cumi-cumi dan udang. Hal ini
berhubungan dengan memenuhi kebutuhan gizi ikan kerapu, sebab dengan jenis
pakan yang berragam ini, kebutuhan gizi (asam-asam amino, asam-asam lemak,
vitamin dan mineral) ikan kerapu akan lebih komplit (lengkap).
Sebelum diberikan, pakan ikan tersebut terlebih
dahulu dibersihkan dan kemudian digiling halus dengan menggunakan penggiling
daging. Pada bulan pemeliharan ke tiga, pakan yang berasal dari ikan-ikan kecil
dihaluskan dengan cara digunting kecil-kecil. Demikian seteruskan, dimana
semakin besar ikan kerapu peliharaan, maka ukuran pakan yang dapat dimakan oleh
ikan kerapu akan semakin besar pula.
Pemberian pakan dilakukan 2 (dua) kali sehari
yaitu pagi dan sore hari. Pemberian dialukan secara ad-libitum (atau sekitar
5,0 ~ 7,5 % dari berat biomas ikan kerapu peliharaan). Pemberikan pakan
dilakukan sedikit demi sedikit dengan cermat, sehingga tidak ada pakan yang
terbuang percuma kedalam air. Sebab hal ini dapat menyebabkan buruknya kualitas
air dalam KJA akibat dari pembusukan sisa makanan tersebut. Pemberian pakan
dihentikan setelah melihat benih ikan kerapu tersebut tidak mau makan lagi.
Kedalam pakan ikan sebaiknya dilakukan
penambahan multivitamin dan mineral, karena penambahan vitamin dan mineral ini
dapat menambah kekebalan tubuh ikan terhadap serangan penyakit, menambah nafsu
makan ikan, menambah kinerja atau kesegaran tubuh ikan sehingga terlihat lebih
aggresif, dan dapat menurunkan angka kematian (mortalitas). Pemberian
multivitamin ini dapat dilakukan melalui pakan dengan selang waktu 2 (dua) kali
seminggu. Pada waktu pemeliharaan memasuki bulan ke 2 (dua) sampai bulan ke 3
(tiga), adalah merupakan saat kritik, dimana ikan mudah stress dan mati
sehingga mortalitasnya meningkat. Pada waktu kondisi ini sebaiknya pemberian
multivitamin dan mineral dilakukan setiap pemberian pakan dengan dosis 0,25 %
dari berat pakan. Salah satu jenis multivitamin yang dapat diberikan adalah
vitastress. Adapun jenis vitamin yang dapat menekan mortalitas ini adalah
vitamin B6, sedangkan vitamin C untuk mencegah stress pada ikan.
4.3. Pencucian / Memandikan Ikan
Memandikan ikan dengan air tawar bertujuan
untuk memutus rantai penyebaran parasit atau menghilangkan parasit-parasit yang
menempel pada tubuh ikan kerapu peliharaan. Memandikan ikan dilakukan paling
lambat sekali dalam 15 hari atau tergantung pada kondisi ikan kerapu
peliharaan, misalnya nafsu makannya mulai berkurang atau gerakan ikan kurang
lincah dari biasanya. Berdasarkan pengalaman dilapangan, ternyata untuk di
Kawasan Mandeh ikan kerapu dimandikan paling lambat sekali dalam 10 hari, atau
kurang dari 10 hari yaitu apabila terlihat tanda-tanda yang tidak normal pada
ikan, yang biasanya terjadi pada kondisi kualitas air yang menurun. Ikan kerapu
dimandikan dengan jalan merendam ikan tersebut dalam air tawar selama 2 ~ 3
menit.
4.4. Gradding Ikan
Gradding ikan atau pemisahan ukuran ikan kerapu
peliharaan perlu dilakukan, yaitu dengan tujuan untuk menghindari kanibalisme
ikan kerapu yang ukuran besar terhadap ikan kerapu yang ukuran kecil. Disamping
itu juga untuk menghindari persaingan berebut pakan, yang mana biasanya yang
besar akan mengalahkan yang kecil dalam berebut pakan. Pemisahan ukuran ini
dilakukan bersamaan waktunya dengan pencucian/memandikan ikan.
4.5. Penggantian waring/jaring
Penggantian waring/jaring dilakukan bersamaan
dengan waktu memandikan ikan kerapu. Pada kenyataannya, di kawasan Mandeh
waring/jaring lebih cepat kotor apalagi pada musim hujan, sehingga pada
kenyataannya waring diganti sekali dalam 10 hari dan bahkan kadang-kadang bisa
sekali dalam seminggu, yaitu apabila terlihat waring telah kotor dan sirkulasi
air tidak dapat berjalan dengan baik. Waring/jarring yang kotor tidak hanya
menghambat surkulasi air, tetapi juga merupakan sumber sarang penyakit bagi
ikan kerapu peliharaan. Waring/jaring yang kotor ini dicuci didarat dengan menggunakan
air tawar dan setelah itu dijemur sampai kering.
4.6. Pembersihan pelambung
Sekali dalam sebulan perlu dilakukan
pemeriksaan dan pembersihan drum/pelampung. Sebab dalam waktu sebulan drum
telah banyak ditumbuhan oleh algae dan tritip. Kondisi yang kotor ini juga
merupakan media yang baik bagi perkembangan parasit dan penyakit yang akan
menyerang ikan kerapu nantinya. Pembersihan drum plampung dilakukan dengan
jalan membalikan drum dan dibiarkan kering terjemur matahari beberapa hari, dan
setelah itu dikikis dengan parang untuk membersihkan drum pelampung tersebut.
Sedangkan apabila ada drum yang kempes, maka drum plempung tersebut dibuka dari
ikatannya dan diperbaiki, sehingga kondisi drum tersebut bulat normal kembali.
4.7. Pengamatan kondisi ikan
Kegiatan ini perlu dilakukan untuk mengamati
apakah terjadi perubahan-perubahan terhadap kondisi ikan. Pengamatan tidak
hanya dilakukan pada siang hari saja tetapi juga pada malam hari, bahkan pada
malam hari akan lebih mudah mengamati perubahan-perubahan tingkah laku yang
terjadi pada ikan kerapu. Kalau hasil pengamatan ditemukan ikan yang tingkah
lakunya tidak normal, maka dengan segera harus ditangani dan memisahkan ikan
tersebut dari kelompoknya.
V. PENYAKIT IKAN
KERAPU
Salah satu kendala yang sering dihadapi dalam
pembesaran ikan kerapu Macan dalam karamba jaring apung adalah penyakit.
Penyakit timbul akibat adanya interaksi antara ikan, patogen dan lingkungan.
Adapun penyakit yang pada umumnya menyerang ikan kerapu Macan peliharaan dapat
dikelompokan atas 6 (enam) kelompok, yaitu : (a) Penyakit Parasiter, (b)
Penyakit Bakterial, (c) Penyakit Mikal, (d) Penyakit Viral, (e) Penyakit
Malnutrisi, dan (f) Penyakit lingkungan.
5.1. Penyakit Parasiter
a).
Monogenia
Monogonia merupakan
parasit sejenis kutu ikan dari golongan Crustacea. Parasit ini menyerang dengan
cara menempel di permukaan tunuh ikan kerapu, terutama bahagian kulit dan
sirip. Parasit ini dapat menyebabkan kematian pada ikan, karena parasit ini
mengisap darah ikan (inangnya). Serangan parasit ini dapat menimbulkan luka pda
tubuh ikan, ikan berenang lambat dan cenderung memisahkan diri dari
kelompoknya, nafsu makan menurun, sisik mudah lepas, insang berwarna merah
pucat, dan tubuhnya sering digesek-gesekan ke waring/jarring atau berenang miring
seola-olah merasa gatal.
Pengobatan dapat
dilakukan dengan cara merendam ikan yang sakit dalam larutan formalin 100 ppm
selama 1 jam dengan aerasi yang kuat. Kalau ikan telah mengalami luka sebaiknya
direndam dalam larutan acriflavin 5 ~ 10 ppm selama 1 ~ 2 jam.
b).
Trematoda
Trematoda merupakan cacing pipih Diplectinum
sp yang banyak menyerang ikan kerapu. Parasit ini menyerang insang, hati dan
mata. Adapun gejalanya adalah : nafsu makan berkurang, warna tubuh dan insang
pucat, produksi lendir dipermukaan tubuh banyak, ikan selalu berenang di
bahagian permukaan air dengan kondisi megap=megap dengan tutup insang terbuka.
Penyakit ini dapat diobati dengan merendam ikan
yang sakit dengan larutan formalin 100 ~ 150 ppm selama 15 ~ 30 menit, dan
diulangi selama tiga hari berturut. Kalau ikan telah mengalami luka sebaiknya
direndam dalam larutan acriflavin 5 ~ 10 ppm selama 1 ~ 2 jam. Setelah itu
diberi Combatrin dengan dosis 1 botol combatrin (10 ml) untuk 5 kg pakan.
c).
Cryptocaryon
Penyakit ini disebabkan oleh serangan protozoa Cryptocaryon
sp, yang lebih dikenal dengan nama penyakit bintik putih. Bagaian tubuh yang
diserang adalah permukaan tubuh, ekor, insang dan mata. Gejala dari penyakit
ini adalah mata ikan kerapu membengkak, insang dan mata ditumbuhi semacam kista
sebesar kepala jarum pentul dan berwarna putih terjadi pendarahan pada bagaian
sirip, produksi lendir tubuh meningkat, dan nafsu makan ikan hilang.
Penyakit ini dapat diobati dengan merendam ikan
dengan air laut yang telah diberi formalin dengan dosis 100 ~ 150 ppm selama 15
~ 30 menit, dan diulangi selama tiga hari berturut. Kalau ikan telah mengalami
luka sebaiknya direndam dalam larutan acriflavin 5 ~ 10 ppm selama 1 ~ 2 jam.
d).
Tricodiniasis
Penyakit ini disebabkan oleh serangan protozoa Tricodina
sp. Protozoa ini akan banyak menenpel pada insang, permukaan tubuh dan sirip
ikan kerapu. Gejala yang timbul akibat dari serangan protozoa ini adalah
produksi lendir meningkat, nafsu makan hilang, terdapat peradangan pada kuliar
luar, dan berenang tidak normal. Pada serangan yang sudah parah dapat
menyebabkan siripnya sobek-sobek.
Penyakit ini dapat diobati dengan merendam ikan
yang sakit dalam air laut yang telah diberi formalin dengan dosis 100 ppm
selama 1 jam. Sedangkan untuk ikan yang telah mengalami luka sebaiknya direndam
dalam larutan larutan acriflavin 5 ~ 10 ppm selama 1 ~ 2 jam.
5.2. Penyakit Bakterial
Jenis penyakit bacterial yang sering menyerang
ikan kerapu macan adalah penyakit vibriosis. Pemnyakit ini disebabkan oleh
serangan bakteri Vibrio sp. Bakteri ini biasanya bertindak sebagai
patogen sekunder yang timbul akibat infeksi primer dari parasit. Gejala yang
timbul akibat serangan penyakit ini adalah nafsu makan berkurang, lesu,
terdapat pembusukan pada sirip, mata menonjol, terjadi pengumpalan pada perut
(perut kembung), anus berwarna merah akibat peradangan.
Pengobatan ikan yang sakit akibat dari serangan
penyakit ini dapat dilakukan dengan jalan merendam ikan yang sakit dengan
oksitetrasiklin 25 ppm selama 1 jam. Kemudian diukuti dengan pemberian
oksitetrasiklin melalui pakan, yaitu dengan dosisi 2 ~ 3 gram / kg pakan.
Pengobatan dilakukan selama seminggu berturut-turut.
5.3. Penyakit Mikal
Penyakit mikal adalah penyakit yang timbul
akibat serangan jamur. Penyakit ini akan menyerang ikan yang sedang stress
ataupun luka. Disamping itu, penyakit ini juga dapat masuk melalui makanan yang
telah terinfeksi jamur (pakan yang kotor). Secara fisik luar, ikan tidak
menunjukan gejala sakit, tetapi apabila dilihat dari dalam akan ditemukan
pembengkakan pada organ limpa, hati dan ginjal yang disertai dengan benjolan
berwarna putih. Cuma kadang-kadang terlihat gerakan ikan tidak menentu dan
kadang-kadang disertai dengan pembengkakan perut. Penyakit ini dapat dicegah
dengan jalan: menghidari luka fisik pada ikan, memberikan pakan yang segar dan
bersih, dan memisahkan ikan yang sakit dari wadah pemeliharaan. Untuk
pengobatan luar dapat dilakukan dengan merendam ikan yang sakit dalam larutan
methylene blue 0,1 ppm selama 15 ~ 45 menit. Sedangkan untuk pengobatan dari
dalam belum ada obatnya.
5.4. Penyakit viral
Ada dua jenis penyakit virus yang
menyerang ikan kerapu, yaitu penyakit Viral Necrotic Nerveus (VNN) yang disebabkan
oleh virus Nodavirus. Penyakit ini menyerang ikan kerapu pada stadia larva.
Larva yang terserang muula-mula tenggelam didasar wadah pemeliharaan kemudian
akan mengapung dipermukaan air dengan kondisi perut mengembung.
Yang kedua adalah penyakit Sleepy Grouper
Disease yang disebabkan oleh Iridovirus. Penyakit ini sering menyerang ikan
kerapu pada stadia juvenil atau gelondongan. Ikan yang terserang penyakit ini
akan nampak lemah dan berdiam didasar waring seperti tidur. Gejala ikan yang
terinfeksi penyakit ini akan mengalami anemia dan pembesaran pada organ limpa,
warna gelap, insang pucat dan berenang berputar.
Penyakit yang disebabkan oleh virus ini, belum
ada obatnya, tetapi dapat dicegah dengan memberikan pakan yang nilai gizinya
seimbang, menjaga sanitasi lingkungan dan menggunakan benih yang berasal dari
induk yang bebas virus.
5.5. Penyakit Malnutrisi
Penyakit ini disebabkan oleh karena ikan
kekurangan zat gizi (protein, lemak, karbohidrat, vitamin dan mineral). Gejala
dari penyakit ini adalah hati pucat, ikan kelihatan lesu dan lemah, mata
bengkak, pertumbuhan lambat dan mortalitas tinggi. Penyakit ini dapat diatasi
dengan permberian pakan yang cukup gizi dan berimbang.
5.6. Penyakit Lingkungan
Penyakit yang disebabkan oleh terjadinya
perubahan factor lingkungan Swim Blader Syndrome. Penyakit ini sering kali
menyerang ikan kerapu, apabila kondisi lingkungan (kualitas air) jelek,
misalnya pada waktu musim hujan dan badai. Ikan kerapu yang terserang p0enyakit
ini tidak bias berenang dentgan normal, jadi ikan akan berenang dengan posisi
terbalik dan perutnya kelihatan kembung. Penyakit ini dapat dobati dengan jalan
mengeluarkan udara dari dalam perut ikan yang sakit. Caranya adalah : masukkan
jarum suntik kedalam perut lewat daerah dekat anus, dan setelah itu lakukan
pengurutan perut ikan yang sakit secara perlahan-lahan sampai perut ikan kemps.
Setelah kemps, jarum dicabut, dan bekas luka tusukan jarum tersebut diolesi
dengan antiseptik seperti obat merah/betadin.
Dari jenis-jenis penyakit tersebut diatas, yang
paling sering ditemukan dalam budidaya ikan kerapu macan di Kawasan Mandeh
khususnya dan Kabupaten Pesisir selatan umumnya adalah : Penyakit parasiter
(Monogonia), Penyakit bacterial (vibriosis), dan Penyakit lingkungan (Swim
Blader Syndrome). Timbulnya penyakit ini tentunya tidak lepas dari yaitu
kondisi lingkungan yang jelek, ikan yang stress akibat penanganan yang kurang
baik, dan kualitas pakan yang kurang baik.
DAFTAR PUSTAKA
Akbar, S. 2000. Meramu Pakan Ikan Kerapu (Bebek, Lumpur,
Macan, Mlabar). Penebar Swadaya, Jakarta.
Anonimous. 2001. Pembesaran Kerapu Macan (Epinephelus
fuscogu-tattus) dan Kerapu Tikus (Cromileptis altivelis) di Karamba
Jaring Apung. Departemen Kelautan dan Perikanan, Direktorat Jenderal Perikanan
Budidaya, Balai Budidaya Laut, Lampung.
Anonimous. 2002. Pengelolaan Kesehatan Ikan Budidaya Laut.
Departemen Kelautan dan Perikanan, Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya,
Balai Budidaya Laut, Lampung.
Asia Pacific Economic Cooperation. 2001. Pembudidayaan dan
Managemen Kesehatan Ikan Kerapu. Diterjemahkan dan Diterbitkan oleh Balai besar
Riset Perikanan Budidaya Gondol-Bali, Departemen Kelautan dan Perikanan
Indonesia.
Ikenoue, H., and T. Kafuku. 1992. Marine Aquaculture In:
Modern Methods of Aquaculture in Japan. Kodansha Ltd, Tokyo.
Masrizal. 2003. Percontohan Budidaya Ikan Kerapu di Kawasan
Mandeh Kec. XI Koto Tarusan Kab. Pesisir Selatan, Sumatera Barat. Lembaga
Pengabdian kepada Masyarakat Universitas Andalas, Padang.
Subyakto, S., dan S. Cahyaningsih. 2003. Pembenihan Kerapu
Skala Rumah Tangga. PT Agromedia Pustaka, Jakarta.
Sudrajat, A., E.S. Heruwati., A. Poernomo., A. Rukyani., J.
Widodo., dan E. Danakusumah. 2001. Teknologi Budidaya Laut dan Pengembangan Sea
Farming di Indonesia. Departemen Kelautan dan Perikanan bekerja sama dengan
Japan International Cooperation Agency.
Sunyoto, P. 1994. Pembesaran Kerapu dengan Karamba Jaring
Apung. Penebar Swadaya, Jakarta.